Identitas Buku
Judul: Athlas
Penulis: Eko Ivano Winata
Penerbit: Pastel Books
ISBN: 978-602-6716-39-2
Cetakan: Juli 2018
Dunia wattpad tentu tak asing di telinga anak muda maupun orang dewasa. Hingga kini banyak penulis-penulis hebat yang memulai kariernya dari wattpad. Meski pada mulanya mereka menulis sekadar menyalurkan hobi, tetapi pada kenyataannya bacaan yang dihasilkan cukup memuaskan pembaca serta penerbit. Bahkan tak jarang ceritanya sampai diangkat ke layar kaca. Begitu pun novel Athlas. Lahir dari wattpad dan sukses membius pembaca setianya.
Novel yang mengangkat kisah remaja SMA ini mampu menarik lebih dari 20,7 juta pembaca di wattpad. Sungguh pencapaian yang tak main-main, bukan?
Di awal bab penulis memaparkan cerita remaja yang bisa dibilang nakal. Sering bolos sekolah, langganan hukuman para guru, membantah perkataan orang tua, susah diatur, dan memiliki prestasi rendah di bidang akademik.
Ialah Athlas. Anak Nakula dan Aluna. Athlas berbeda dengan kedua kembarannya, Athalan dan Athilla, yang mewarisi kepintaran Nakula. Sedangkan Athlas selalu mendapat nilai rendah di sekolah. Hal itu disebabkan karena Athlas jarang sekali belajar. Ia lebih senang main game dan menghabiskan waktunya untuk ngeband.
"Ternyata, sayang Papa sama aku hanya sebatas nilai akademik," ujarnya saat beradu mulut dengan Nakula.
Setiap malam Athlas hanya makan mie instant buatannya. Itu pun secara diam-diam. Bukan karena ayahnya tidak mampu beli makanan, akan tetapi Athlaslah yang bersikukuh pada pilihannya. Tidak mau ikut makan malam selagi ada Nakula di meja makan.
Selain menyajikan ketidakharmonisan hubungan ayah dan anak, novel ini juga menyajikan kisah percintaan anak muda yang bisa dibilang rumit. Kisah cinta segiempat antara Athlas, Vella, Laudia, serta Toufan.
Laudia adalah pacar Athlas. Namun di belakang Athlas Laudia menjalin kasih dengan Toufan. Tahu akan hal itu membuat Athlas marah besar. Ia merasa dihianati oleh sahabatnya sendiri. Yang membuatnya lebih kecewa ternyata Vella juga berperan dalam menyembunyikan hubungan terlarang tersebut.
Padahal Vella merupakan sahabat sejak kecil dan menjadi tempat curhat Athlas. Sejak itu hubungan mereka memburuk. Berkali-kali Toufan meminta maaf dan berkali-kali pula ia mendapat penolakan dari Athlas.
Cerita seperti itu mungkin tidak asing lagi bagi sebagian orang. Dan mungkin juga kita pernah mengalaminya. Namun dalam novel Athlas ini penulis berhasil menarik ulur perasaan pembaca. Ditulis menggunakan gaya bahasa yang santai dan mudah dipahami. Sehingga pembaca betah berlama-lama membaca sampai tuntas.
Baca juga: Resensi novel Merindu Cahaya de Amstel, Arumi E
Bahkan saya sempat tertawa terpingkal-pingkal saat membacanya. Yaitu ketika membaca kelakuan Athlas di kelas yang asyik sendiri saat jam pelajaran berlangsung. Jadilah Athlas diberi pertanyaan beruntun tentang materi yang disampaikan. Karena bingung mau menjawab apa akhirnya Athlas menjawab seenaknya. Bukannya benar malahan jawaban Athlas membuat seisi kelas pecah.
Nilai lebih lainnya adalah setiap awal bab novel Athlas diawali dengan quote-quote menarik. Seperti quote pada bab lapar -bab pertama.
"Rumah tidak selalu menjadi tempat yang nyaman. Namun, rumah akan selalu menjadi tempat terbaik untuk kamu kembali."
Dari novel ini saya mendapat hiburan sekaligus pelajaran. Bahwa orang yang kita anggap biang rusuh serta kurang pintar di sekolah seperti Athlas ternyata menyimpan kelebihan yang jarang dimiliki orang lain. Pun peran orang tua serta keluarga sangat diperlukan seorang anak dalam masa mencari jati dirinya.
Kisah Athlas menyadarkan pembaca bahwa sebenarnya masalah itu muncul dari dalam diri kita sendiri yang enggan mengerti dan terlalu mengikuti hawa nafsu. Untuk menyelesaikannya juga berawal dari diri sendiri yang mau atau tidak untuk berdamai dengan hati.
Peresensi: @lathifah_saadah
1 Comments
Wah seru jg ceritanya, sgt brmanfaatt kak
ReplyDeleteJangan melakukan spam, tak ada link dan bicara kotor.
Berkomentarlah dengan cerdas