Resensi Buku
Judul Buku : Sufisme Sunan Kalijaga
Penulis : Dr. Purwadi, M. Hum
Penerbit : Araska, Bantul, Yogyakarta Cetakan : Pertama, Mei 2015
Tebal : × + 224 halaman
Tentang Sunan Kalijaga, Mensyiarkan Agama Islam di Jawa dan Media Berdakwah
Buku ini bercerita tentang kisah hidup spiritual Sunan Kalijaga pada masa mengenalkan agama islam khususnya di daerah Jawa. Ditulis dalam bentuk novel yang terdiri dari beberapa episode. Sunan Kalijaga merupakan salah satu bagian dari Walisongo (dalam bahasa Indonesia berarti sembilan wali). Mereka adalah tokoh-tokoh yang berjasa besar dalam pengembangan sekaligus tokoh yang menyebarkan ajaran agama islam. Ajaran islam dibawa dengan damai menggunakan media ajaran lama, namun sedikit demi sedikit mulai dimasuki nuansa islami.
Saat belajar khususnya belajar agama diperlukan adanya sosok guru. Sunan Kalijaga melakukan pengajaran ilmu sejati kepada semua elemen masyarakat. Tak bisa dipungkiri bahwa ajaran ilmu sejati yang disampaikan bisa diterima oleh masyarakat yang datang berbondong-bondong berguru kepada Sunan Kalijaga.
Berprinsip Jawa digawa Arab digarab dalam bidang seni budaya mampu membuat orang awam menerima sepenuh hati ajaran islam. Kesenian pada zaman dahulu dipakai sebagai acara adat yang masih kental dengan ajaran nenek moyang. Melalui kecerdasan pemikiran dari Sunan Kalijaga terciptalah kearifan lokal yang mampu menciptakan suasana harmonis dalam kehidupan masyarakat Jawa.
Episode per episode novel ini dikemas secara runtut yang terdiri dari sepuluh episode. Episode pertama hingga episode ketiga menceritakan Sunan Kalijaga mulai dari lahir hingga mencapai derajat insan kamil. Tentang perjalanan spiritual Sunan Kalijaga dalam menimba ilmu dengan Sunan Bonang hingga dan bertemu Nabi Khidir. Dijelaskan pula asal muasal gelar Sunan Kalijaga dan diangkat menjadi wali penutup, melengkapi walisongo yang awalnya baru berjumlah delapan wali.
Pada episode keempat buku ini membicarakan tanah kelahiran Sunan Kalijaga, kondisi Tuban di bawah Demak, dakwah islam di Kadipaten Tuban. Mulai halaman 56 hingga halaman 70 dijabarkan para bupati Tuban pertama hingga sekarang yang dalam buku disebutkan Bupati XLX Dra. Heni Relawati, M. Si. Berisi tentang silsilah bupati Tuban juga sejarah politik Kadipaten Tuban. Nama Sunan Kalijaga tak disebut pada episode ini. Melainkan orang-orang yang berperan dalam Kadipaten Tuban. Antara lain : Adipati Demak, Arya Wilwatikta, Pangeran Benowo, Senopati Mataram Hadiningrat, dan lain sebagainya. Mereka adalah tokoh-tokoh yang memperebutkan takhta di Kadipaten Tuban.
Proses mengislamkan perkampungan Cina yang dilakukan walisongo menemui banyak hambatan. Mulai dari puncak kejayaan sampai runtuhnya ketajaan Demak yang terjadi karena perebutan kekuasaan dalam lingkungan keluarga. Sunan Ampel yang ternyata adalah Boong Swi Hoo mempunyai seorang putra bernama Bonang, yang kemudian menjadi Sunan Bonang. Sunan Bonang dan Sunan Giri kemudian diasuh oleh Sunan Ampel. (Hal. 82)
Pembangunan Masjid Agung Demak juga dijelaskan pada novel ini. Tentang saka tal atau tiang tatal Masjid Agung Demak yang terbuat dari kepingan-kepingan kayu yang sangat tepat dan rapi. Kini banyak rombongan orang yang sengaja datang ke Masjid Agung Demak untuk beribadah atau sekadar melihat keagungan masjid. Melihat peninggalan Sunan Kalijaga sembari mengingat-ingat sejarah. Bagaimana mungkin kepingan kayu disusun bisa sekuat itu menopang masjid semegah itu jikalau tanpa kekuasaan Allah. Hal ini mengindikasikan bahwa Sunan Kalijaga mempunyai karomah sebagai waliyullah.
Media dakwah yang dipakai wali salah satunya adalah wayang. Dalam novel ini sejarah wayang dipaparkan penulis pada episode kedelapan "dakwah agama islam dengan seni budaya." Tentang wayang beber, sejarah pembuatan wayang oleh para wali, dan pelengkap wayang yaitu gamelan. Para wali juga menciptakan tembang macapat yang bila ditafsirkan melambangkan tingkat kehidupan manusia dari lahir sampai ajal menghampiri. Dalam berdakwah, Sunan Kalijaga memberi wejangan-wejangan berharga. Dijelaskan oleh penulis ulasan singkat dari kitab Niti Sruti, kitab Niti Praja, dan kitab Sewaka berikut terjemah serta penjelasannya.
Pada episode terakhir penulis menceritakan ajaran Sunan Kalijaga tentang Cupu Manik Astagina atau pegangan hukum bagi para dewa. Digambarkan dalam novel ini, seorang yang berusaha meraih cita-cita yang mulia ( waranggana) pasti akan menjumpai banyak godaan. Begitupun Sunan Kalijaga saat melihat para warga belum mempunyai alat pertanian yang sempurna. Hal itu senada dengan cita-cita tinggi Sunan Kalijaga membuat cangkul dan bajak sebanyak-banyaknya untuk dibagikan kepada rakyat. Dijelaskan pula falsafah cangkul (pacul) yang berkaitan erat dengan orang yang ingin menjadi pemimpin masyarakat.
Novel ini dapat dijadikan sumber pengetahuan bagi pemula yang ingin mengetahui seluk beluk Sunan Kalijaga dan sesuatu yang berhubungan dengan islamisasi tanah Jawa. Menyajikan pengajaran ilmu ma'rifat Nabi Khidzir yang dikemas runtut sesuai alurnya sehingga menambah pembaca semakin penasaran terhadap episode selanjutnya. Adanya ulasan dari kitab berbahasa jawa kuno kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadikan pembaca yang tidak paham bahasa jawa kuno bisa mengetahui artinya. Hal ini menunjukkan bahwa penulisnya paham akan bahasa jawa kuno dan referensi dalam membuat novel pun jelas. Penulis disini juga telah terbiasa membuat buku tentang sejarah para wali. Banyak karya-karya beliau yang dijadikan sumber referensi masyarakat untuk mengetahui kisah lampau.
Sebagai novel yang membicarakan sufisme Sunan Kalijaga, pembaca bisa meneladani ajaran dan laku spiritual sang guru sejati, wejangan-wejangan, dan ajaran Sunan Kalijaga. Makna piranti hidup yang tergambar dalam bagian-bagian bajak : Pegangan, Pancadan, Tanding, Singkal, Kejen, Olang-aling, Racuk. Selain itu terdapat juga falsafah cangkul (pacul). Pacul diartikan ngipatek sing muncul, artinya membuang apa yang timbul. Maksudnya : dalam menjalankan sesuatu yang baik, tentu timbullah godaan-godaan yang harus disingkirkan.
Peresensi : Lathifatus Sa'adah
Status : Siswi di MA Matholi'ul Huda Pucakwangi
Kontak : lathifahs52892@gmail.com, Telp/WA : 085218256375
0 Comments
Jangan melakukan spam, tak ada link dan bicara kotor.
Berkomentarlah dengan cerdas