Resensi Ayat-ayat Api

 Resensi Buku

Judul Buku: Ayat-ayat Api

Penulis: Sapardi Djoko Damono

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

ISBN: 978-602-03-3953-5

Cetakan: pertama, Maret 2017


Menelisik Pesan Eyang Sapardi dalam Ayat-ayat Api

Resensi Ayat-ayat Api, Sapardi Djoko Damono

Mendengar nama Eyang Sapardi Djoko Damono tentu tak lepas dari beribu karya beliau di bidang sastra. Puisi dan sajak salah satunya. Rasanya tak masalah jika beliau dijuluki sebagai maestro puisi. Meski jasadnya tak lagi bisa ditangkap oleh indra penglihat, namun karya-karya Eyang Sapardi akan terus abadi. Dan tak kan habis digerus zaman.

Di antara karya beliau yang akan saya (Lathifah S, @lathifah_saadah) resensi yaitu Ayat-ayat Api.

Terdiri dari sekitar 54 puisi dan sajak yang dibagi menjadi 3 bagian: ayat nol, ayat arloji, dan ayat api. Sudah tak diragukan lagi kalau coretan tangan Eyang Sapardi memiliki daya tarik (magnet) serta ciri khas tersendiri. Selain karena nama besarnya di bidang sastra, beliau juga merupakan penulis yang produktif sampai usia senja. Bahkan menjelang pulangnya ke pangkuan Ilahi.

Pada setiap kata yang dirangkai Eyang Sapardi selalu memuat pesan. Seperti cuplikan puisi berjudul Yang Paling Menabjubkan berikut ini:

Sungguh, yang paling menabjubkan di dunia kita ini adalah segala sesuatu yang tidak ada. Solanya, kita boleh menyebut apa pun yang kita suka tentangnya sementara orang berhak juga menganggap kita gila (Hal 29).

Isi puisi itu nyata dan realistis. Sesuai dengan kehidupan manusia sehari-hari. Bahwa seseorang bebas berekspektasi atau membayangkan hal apa pun. Meskipun berbanding terbalik dengan kenyataan.

Tidak ada yang berhak melarang seseorang berhalusinasi dan menceritakan keinginannya tentang segala sesuatu yang tidak dimilikinya (tidak ada). Walau demikian orang lain pun berhak menganggapnya menderita gangguan kejiwaan.

Baca juga: Resensi Sayap-sayap Patah, Kahlil Gibran

Hampir keseluruhan dari puisi dan sajak di buku Ayat-ayat Api memuat cerita. Baik fiksi ataupun nonfiksi. Kisah Marsinah misalnya. Eyang Sapardi menggambarkan peristiwa yang menimpa Marsinah secara singkat, jelas, dan padat. To the point. Tidak bertele-tele, sehingga mudah dicerna pembaca.

Saya sendiri pada awalnya kurang paham akan kisah Marsinah -hanya tahu namanya. Tetapi melalui membaca puisi di Ayat-ayat Api ini sedikit demi sedikit saya mulai tahu kisah tragisnya. Karena Eyang Sapardi melukiskannya secara menyeluruh dalam secarik puisi.

Hal tersebut juga menjadikan pembaca seolah-olah tak sekadar membaca, melainkan sambil melihat. Otomatis pembaca akan dibawa berimajinasi ke alam bawah sadar tanpa njlimet (berpikir keras).

Tak kalah menariknya dalam Ayat-ayat Api terdapat pula sajak yang berjudul Tentu. Kau Boleh di halaman 61. Berisi untaian kata mutiara yang sarat akan makna. Hal tersebut semakin menambah nilai keindahan buku ini.

Dari semua puisi dan sajak ada satu sajak yang berkesan dan menyentuh hati saya. Yaitu Sajak-sajak Tentang Cinta. Ditulis secara gamblang serta menohok dengan citra romantis melekat pada setiap baitnya. Sajak tersebut tentu sangat cocok digunakan untuk mendekati, merayu, dan menyatakan perasaan pada pasangan atau orang yang sedang kita cintai. Terutama generasi milenial sekarang ini yang tingkat kebucinannya selangit.

Sementara itu, untuk judul buku ini diambil dari puisi terakhir dengan judul yang sama, Ayat-ayat Api, dan terdapat pada bab ayat api. Berdasarkan titi mangsa yang ada di bagian bawah puisi ditulis antara tahun 1998-1999. Puisi paling panjang yang dibentuk oleh 15 bagian dan juga cantik. Bahkan nyaris sempurna.

Semua karya Eyang Sapardi sudah sejak lama tak diragukan lagi kualitasnya. Maka dari itu, buku Ayat-ayat Api saya rekomendasikan untuk kalian. Sebagai bacaan ringan, menarik, dan berbobot.


Peresensi: Lathifah S (@lathifah_saadah)

Alamat: Pati, Jawa Tengah

Penikmat Literasi yang ngga suka basa basi. Salam Literasi.

Post a Comment

5 Comments

  1. Ka tmapilan blog nya diperbaiki lagi biar enk dibaca ... tp gk tau apa hpe sya yg error

    Jangan lupa kunjungi balik & tinggalin komen,
    https://aisurunihongo.blogspot.com/2021/01/dongeng-jepang-tanuki-no-itoguruma.html?m=1

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu dia... aku g tahu caranya gimana. Kk tahu?

      Delete

Jangan melakukan spam, tak ada link dan bicara kotor.
Berkomentarlah dengan cerdas