Penelitian Mengenai Persatuan dan Kesatuan Bangsa/Negara
Dalam ruang lingkup yang lebih luas, faktor penentu persatuan dan kesatuan terletak pula di suatu bangsa atau negara. Sebelum membahas lebih lanjut saya sarankan agar membaca faktor pendorong serta penghambat persatuan dan kesatuan dalam masyarakat DI SINI.
Perlu diingat kembali bahwa persatuan dan kesatuan berasal dari kata "satu" yang berarti menyatunya (menjadi satu) beberapa bagian, kelompok, budaya, suku, menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi. Oleh karena itu persatuan dan kesatuan bangsa/negara harus dijaga dan dipertahankan dengan baik. Tujuannya agar bangsa dan negara tersebut tidak mudah dipecah belah maupun terhasut oleh bangsa lain.
Ada kalanya persatuan dan kesatuan bangsa didorong oleh hal-hal di bawah ini:
Faktor Sejarah
Penjajahan yang dialami bangsa ini telah banyak membawa perubahan. Selain di bidang ekonomi, politik, budaya, juga menyangkut seluruh sendi kehidupan. Salah satunya yaitu pandangan masyarakat yang sama-sama pernah merasakan pedihnya dijajah oleh bangsa lain dan pedihnya kehidupan saat itu. Di mana tidak dapat merasakan kemerdekaan di negeri sendiri.
Maka tak salah apabila seluruh elemen masyarakat bersatu padu untuk menciptakan persatuan dan kesatuan guna menjaga kemerdekaan bangsa tercinta.
Pancasila
Pancasila yang terdiri atas lima sila dasar mencerminkan cita-cita dan ideologi bangsa Indonesia. Di dalamnya memuat cita-cita bangsa yang tentunya akan mendorong timbulnya persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.
Pancasila yang dirumuskan oleh para pahlawan terdahulu mencakup seluruh aspek kehidupan berbangsa dan bernegara. Tak salah jika semua warga negara Indonesia menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Bhinneka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika berarti berbeda-beda tetap satu jua. Bangsa Indonesia ini terbentuk dari berbagai macam suku dan budaya. Di setiap pulau, wilayah, dan daerah pasti terdapat suku serta adat istiadat yang berbeda-beda. Akan tetapi dengan adanya semboyan Bhinneka Tunggal Ika, hal itu bisa teratasi tanpa menimbulkan konflik antar daerah.
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928
Sumpah Pemuda yang diperingati pada tanggal 28 Oktober setiap tahunnya tentu bukan sekadar peringatan biasa. Tetapi harus dimaknai sebagai sikap menghormati jasa-jasa para pahlawan pejuang bangsa. Sehingga masyarakat dapat mengambil pelajaran berharga. Selain itu, Sumpah Pemuda juga memuat ideologi nasional.
Berikut isi Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928:
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu tanah air Indonesia,
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu bangsa Indonesia,
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.
Melalui isi Sumpah Pemuda tersebut tercermin pula keinginan/iktikad bulat pemuda Indonesia kala itu untuk bersatu menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Jika hal itu tetap dipegang teguh hingga saat ini dan berusaha direalisasikan, maka dapat mendorong persatuan dan kesatuan bangsa dan negara.
Semangat Nasionalisme
Nasionalisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti suatu paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negara sendiri. Sikap ini perlu ditanamkan sedari kecil guna melahirkan generasi penerus bangsa yang mencintai bangsa dan negaranya sendiri.
Semangat nasionalisme juga berpengaruh besar pada nasib bangsa ke depannya. Pasalnya pada semangat nasionalisme yang melekat di diri seseorang maka bangsa ini tidak mudah dipecah belah. Para warga percaya bahwa mencintai tanah air hukumnya wajib dan membelanya dari rongrongan pihak lain.
Rela Berkorban
Pahlawan pembela bangsa dulu tidak bituh alasan untuk tidak turut serta memerjuangkan kemerdekaan bangsa. Mereka sadar betul bagaimana memprihatinkannya hidup kala itu. Oleh karena itu sebagai generasi penerus bangsa kita harus rela berkorban. Berkorban zaman sekarang bukan berarti ikut berperang, mengangkat senjata, perang gerilya, sembunyi di dalam hutan, dan lain-lain. Lebih dari itu berkorban demi kepentingan bangsa dan negara sesuai profesi dan kemampuan.
Lima faktor di atas akan sulit direalisasikan dengan adanya faktor penghambat persatuan dan kesatuan bangsa berikut:
Masyarakat Indonesia yang Heterogen
Pada suatu bangsa dan negara yang terdiri dari beraneka ragam suku, budaya, bahasa, agama, ras, dan lain sebagainya sangat memungkinkan terjadinya perpecahan serta pertengkaran. Apabila ada pihak yang tidak menjunjung tinggin perbedaan. Padahal perbedaanlah yang sebenarnya menjadi alat untuk pemersatu bangsa. Dengan catatan jika digunakan dengan benar.
Banyaknya perbedaan menunjukkan kekayaan suatu bangsa dan negara. Maka dari itu, diharapkan semua pihak -apa pun latar belakangnya- untuk bahu membahu mendorong persatuan dan kesatuan bangsa.
Luasnya Wilayah Bangsa/Negara
Semakin luas wilaya suatu bangsa dan negara justru menjadi kelebihan. Namun sampai sekarang tak jarang ditemukan orang yang suka membanding-bandingkan daerah tempat tinggalnya dengan daerah lain. Perilaku tersebut jika dibiarkan lama kelamaan dapat merugikan dirinya juga bangsanya.
Sedangkan mengenai menjaga keamanan bangsa dan negara bukan hanya tugas aparatur negara, tetapi semua warga.
Besarnya Ketimpangan dan Ketidakmerataan Pembangunan
Kondisi pembangunan yang tidak merata kerap kali menimbulkan rasa kecewa, tidak puas, dan iri terhadap sesama warga. Tak heran apabila terjadi banyak demo yang menuntut haknya dipenuhi.
Paham Etnosentrisme
Etnosentrisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti sikap atau pandangan yang berpangkal pada masyarakat dan kebudayaan sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan pandangan yang meremehkan masyarakat dan kebudayaan lain. Dengan kata lain paham ini bermakna pandangan yang menganggap masyarakat dan kebudayaannya sendirilah yang terbaik.
Paham etnosentrisme sebaiknya dihindari karena bisa memicu terjadinya perpecahan yang menghambat persatuan dan kesatuan bangsa/negara.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar meliputi: ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan lain.
0 Comments
Jangan melakukan spam, tak ada link dan bicara kotor.
Berkomentarlah dengan cerdas