Pesatnya perkembangan teknologi di era disrupsi seakan tak ada habisnya. Di mana tantangan menjadi lebih menyeramkan -tinggi- dari era sebelumnya. Sedangkan menurut KBBI disrupsi adalah hal yang tercabut dari akarnya. Hal demikian menuntut kesigapan para remaja, pada khususnya agar bisa bersikap moderat, mengikuti perubahan zaman. Salah satunya di bidang literasi.
Alhamdulillah, pada Sabtu (28/12) -tadi pagi- saya berkesempatan datang di acara Talkshow Pelajar yang diadakan oleh PAC IPNU IPPNU Kecamatan Pucakwangi untuk yang pertama kalinya. Dengan mengangkat tema “urgensi memperkuat literasi pelajar NU di era disrupsi” yang disampaikan oleh Kak Muhammad Ulin Nuha; redaktur LPM Justisia UIN Walisongo dan Kak Muhammad Harir; founder suar.id selaku pemateri serta Kak Supriyati sebagai moderator.
Acara yang bertempat di kantor Kecamatan Pucakwangi ini juga dihadiri oleh Bapak Camat Pucakwangi dan Bapak Ketua MWC Pucakwangi, serta anak-anak IPNU IPPNU dari berbagai desa setempat. Seperti PR IPNU IPPNU Kletek, Terteg, Sokopuluhan, dan lain-lain. Kebetulan acara ini bersifat umum. Jadi saya bisa datang sebagai peserta talkshow paling teladan; telat datang pulang duluan hhe... Alasannya ya karena saya tidak termasuk anak IPPNU -di desaku ga ada kek gituan, gaiss. Kalau bisa dibilang saya itu perwakilan dari Forum Pecinta Buku (FPB) Pucakwangi hha...
Pada tulisan kaali ini saya akan membahas acara inti berupa talkshow bersama pemateri. Disebabkan saya datang pukul 10:00 WIB, sedangkan acaranya dimulai pukul 07:30 -telat berapa detik coba?. Ceritanya memakai bahasa santai alias tidak baku saja ya, Mimin belum siap untuk serius hha...
Dalam sambutannya Kak Harir -kalau ga salah #efek_telat- menjelaskan arti dari literasi dan era disrupsi. Menurutnya disrupsi adalah kegiatan untuk menghentikan kegiatan di dunia nyata. Contoh yang paling nyata ialah kegiatan jual beli online yang dapat dilakukan di smartphone. Pada kesempatan tersebut Kak Harir sempat memaparkan sejarah literasi di dunia luar. Tokoh yang diangkat dalam pemaparannya ialah Khalifah Harus Ar Rasyid dan Imam Ghozali yang memiliki ketertarikan di bidang literasi. Kemudian Kak Harir juga menyinggung sejauh mana literasi di Indonesia.
“Tingkat membaca di Indonesia itu 0,01%. Bahkan minat baca di Indonesia berada di peringkat kedua dari bawah dari 61 negara,” ujarnya.
Pokok penting dari sambutan beliau adalah membaca dan bahasa. Melalui aktivitas membaca kita dapat mengetahui dunia luar tanpa harus pergi ke luar negeri. Bermodalkan kemampuan berbahasa yang baik kita akan mampu berbicara di luar negeri secara lancar dan tidak grogi. Oleh karena itu beliau menyuruh para peserta agar minimal mampu menguasai dua bahasa, bahasa Arab dan bahasa Inggris.
“Kita dapat mengetahui pola pemikiran Al Ghazali dari buku-bukunya,” tambahnya.
Udah, gitu aja yang saya simak. Selebihnya ngapain? Mikirin kamu lah hha...
Talkshow tersebut diakhiri dengan sesi tanya jawab. Pertanyaannya berasal dari peserta yang terdiri dari dua sesi. Total ada lebih dari lima pertanyaan dari peserta dan moderator. Menurut hemat saya sebenarnya pertanyaannya hampir sama, yaitu sama-sama membahas tentang cara untuk memperkuat literasi. Seperti cara agar istikomah membaca buku, cara mendapatkan buku di tengah minimnya penjual buku, dan cara menumbuhkan minat membaca bagi remaja pada khususnya.
Kak Harir dan Kak Ulin pun menjawabnya dengan rinci secara bergantian. Dalam penuturannya beliau -ga tahu namanya:v- berpesan jika seseorang berkeinginan berubah, maka inginkanlah untuk mengubah sekitar -dunia. Agar tidak hanya diri sendiri yang berubah menjadi lebih baik, tetapi semua.
Adapun peserta talkshow. Mereka menyambut talkshow ini dengan antusias. Buktinya ruang talkshow penuh dengan peserta.
Tadi Kak * sempat menyebut salah satu tempat membaca yang bernama Rumah Baca Uplik Cilik. Nah, itu merupakan base camp FPB ya gaiss. Silakan kalau kalian ingin memperkuat literasi, kalian bisa gabung di FPB. Gratis! Kalian juga bisa berlatih menulis lo, menulis apa pun. Eits.. jadi promosi hha...
Adapun pertanyaan lain yang berbeda, antara lain dari moderator, Kak Supriyati yang menyinggung masalah sastra cyber -saya menyebutnya E-book- yang biasanya kurang kualitasnya, dari Kak * tentang membaca status di dunia maya dan hubungannya dengan literasi, dari Kak * tentang cara agar seimbang antara dunia literasi dan dunia sosialnya, dari Kak * tentang kaitannya literasi dengan musik, dan lain sebagainya.
Semua pertanyaan di atas dijawab secara gamblang oleh pemateri. Sehingga peserta mampu mencerna setiap penjelasan dari pemateri.
Sebenarnya saya pribadi mempunyai beberapa pertanyaan, namun karena terbatasnya waktu dan saya yang ga betah duduk/ingin cepat-cepat pulang. Nggak jadi deh bertanya hha...
Untuk jawabannya saya pribadi kuwalahan untuk menuliskannya di sini, karena penjelasannya detail banget. Beneran hha...
Sebagai penutup talkshow diisi dengan foto bersama. Saya tidak ikut #pulang duluan hha.. selanjutnya ngga tahu deh ada apa aja, katanya si ada penampilan apa gitu:v
Harapan saya semoga acara ini terus berlanjut. Artinya tidak hanya berhenti sampai di sini. Semoga literasi di daerah Pucakwangi semakin maju.
Tulisan ini hanyalah curhatan dari Mimin yang antheng hha... Silakan utarakan isi hati kalian di bawah ini:v
Salam Literasi
Nb: tanda * artinya saya tidak tahu namanya. Monmaaf gambarnya cuma 1, saya tadi ga ambil gambar sama sekali. Gambar di atas saya ambil dari SW-nya temen hha...
0 Comments
Jangan melakukan spam, tak ada link dan bicara kotor.
Berkomentarlah dengan cerdas