Haul Sunan Ngerang


Minggu, 15 September 2019 kemarin di Desa Pekuwon, Kecamatan Juwana telah berlangsung kegiatan memperingati haul Sunan Ngerang ke-17 yang bertepatan dengan tanggal 15 Muharam 1441 H. Sunan Ngerang sendiri merupakan mertua dari Sunan Muria -ayah dari Dewi Roroyono.
Makam Sunan Ngerang terletak di Desa Pekuwon, Juwana. Di sekitar kompleks pemakamannya terdapat sekitar puluhan makam orang-orang terdahulu lainnya. Seperti makam Nyai Juminah; istri Sunan Ngerang, makam Adipati Kapa, makam Joko Pekuwon, makam KA Kentiri, makam bupati Parang Garuda, serta masih banyak lagi makam lainnya.
Haul Sunan Ngerang diperingati oleh warga sekitar setiap satu tahun sekali pada tangga 15 Muharam, berbarengan dengan acara bersih desa. Untuk tahun ini (2019) perayaan haul diadakan dari tanggal 8 Muharam sampai dengan tanggal 15 Muharam yang diakhiri dengan pengajian umum serta lelang kelambu yang bertempat di area Sentono -area makam Sunan Ngerang.


Kegiatan haul diawali dengan karnaval budaya bersama Sie karnaval & seluruh warga Pekuwon Rt 01 – Rt 11 serta beberapa warga sekitar yang sengaja datang untuk ikut menyemarakkan karnaval budaya pada tanggal 8 September 2019 pukul 13:00 WIB. Rutenya dimulai dari Desa Pekuwon – Colo – Karang Boyo – finish di Makam Sentono Pesarean Sunan Ngerang Desa Pekuwon.
Keesokan harinya diadakan acara tahlil putri yang dipimpin oleh Ibu Hj. Fatimatul Zahro di area Makam Sentono.
Hari-hari berikutnya pun masih sama dengan serangkaian acara haul. Antara lain:
  • 10 September ~ tahlil putra bersama Bpk. KH. Abdul Hamid,
  • 11 September ~ yasinan yang diikuti oleh seluruh warga Desa Pekuwon,
  • 12 September ~ sholawat Nabi untuk ibu-ibu jamaah barzanji & tahtimul Qur’an bin nadhor sekaligus buka kelambu yang dipimpin oleh KH. Ahmad Subkhi & KH. Ahmad Fadil,
  • 13 September ~ sholawat nariyah yang dilakukan oleh jamaah sholawat nariyah Desa Pekuwon,
  • 14 September ~ tahtimul Qur’an bil ghoib, sepeda santai, dan istighotsah bersama Gus Huda dari Kajen.
  • 15 September ~ (acara inti) pengajian umum dan lelang kelambu di Makam Sunan Ngerang.

Dalam acara pengajian tersebut dihadiri oleh bapak bupati Pati, Pak Haryanto serta beberapa tokoh agama lainnya. Seperti KH. Ahmad Asnawi (Kudus), KH. Syarofuddin Ismail Qoimas (Rembang), KH. Ahmad Fadhil, KH. Kholil Sarqowi, KH. Abdul Hamid, KH. Ahmad Subkhan, Muspika Juwana, serta warga sekitar.
Pada mauidhoh hasanahnya KH. Ahmad Asnawi (Kudus) berpesan mengenai pentingnya sholat yang tidak boleh ditinggalkan baik muda ataupun orang tua.
Berbeda dengan bapak bupati Pati, Pak Haryanto. Beliau menjelaskan sedikit hal tentang biaya pembangunan Makan Sunan Ngerang. “Kami sudah menggelontorkan biaya sebesar 150 juta untuk pembangunan makam Sunan Ngerang ini dan semoga pembangunannya segera terselesaikan”.
(Memang akhir-akhir ini sedang diadakan pembangunan makam Sunan Ngerang, bagi yang ingin menginfakkan hartanya silakan berkomentar di bawah ini atau bisa juga dengan menghubungi pihak panitia pembangunan)
Selain itu, beliau juga menjelaskan bahwa kegiatan haul yang diadakan setiap satu tahun kali diharapkan bisa menambah pengetahuan akan sejarah serta sebagai bentuk mengingat jasa-jasa para wali Allah. “Dengan mengingat dan berziarah ke makam Sunan Ngerang, maka Insya Allah kita bisa mendapat karomah dari Sunan Ngerang,” katanya.
Lain halnya bagi KH. Syarofuddin Ismail Qoima dari Rembang. Beliau sebagai penceramah terakhir memaparkan tentang rasa nasionalisme dan jiwa Nahdlatul Ulama’ yang sesekali diselingi dengan gelak tawa ciri khas beliau.
Pada kesempatan tersebut, KH. Syarofuddin IQ menjelaskan bahwa tahlilan, kegiatan haul, manaqiban, serta amaliah warga NU lainnya bukanlah bid’ah. “Karena Rasulullah sendiri pernah mencontohkannya saat mengenang wafatnya Khodijah Al Kubro,” tuturnya.
Pengajian umum ini berlangsung dari pukul 13:00 sampai selesai. Area makam Sunan Ngerang dipadati oleh lautan manusia yang datang dari berbagai desa sekitar. Sebagian dari mereka sengaja datang rombongan naik bis.
Untuk mengakhiri serangkaian acara haul pada malam harinya (setelah pengajian) diadakan manaqib penutup yang dipimpin oleh K. Jayadi.
Mohon maaf apabila ada kesalahan kata. Penulis sengaja tidak memaparkan kegiatan secara keseluruhan. Dikarenakan penulis tidak mengikuti acaranya. Saat pengajian umum pun penulis datangnya terlambat. Jadi hanya bisa menyimak mauidhoh hasanah dari ketiga tokoh yang telah penulis sebutkan di atas.
Semoga bermanfaat.

Post a Comment

0 Comments