Sekilas tentang novel Hati Suhita karya Khilma Anis
Kemarin waktu aku iseng-iseng berkunjung ke perpustakaan madrasah pandanganku langsung tertuju pada almari kaca yang di dalamnya terdapat novel-novel khusus anak aliyah (MA : setingkat SMA).
Pastinya aku ke sana dengan niat meminjam novel yang telah lama aku incar. Yaitu novel yang berjudul Hati Suhita karyanya Ning Khilma Anis. Novel yang sejak bulan lalu tampil di beranda & notifikasi akun facebookku.
Awalnya penasaran banget sana ini buku. Soalnya dulu sempat baca sebagian part 1 sampai part 13 di akun facebooknya sang penulis, Khilma Anis, serta membaca beberapa resensi yang mejeng di facebook & mesin telusur google.
Jujur, ceritanya sangat menarik dan di akhir setiap babnya selalu bikin pembaca penasaran tingkat dewa. Bahkan sampai kebayang-bayang akan sosok Gus Birru, Ning Alina Suhita, dan Rengganis.
Kisah antara seorang anak kiai, gus yang sedari MTs telah dijodohkan dengan seorang ning, anak dari kiai besar. Gus Abu Raihan Al Birruni dan Ning Alina Suhita namanya. Ning Alina tidak bisa menolak permintaan kedua orang tuanya, begitu pun Gus Birru.
Badai besar menemani hari-hari Ning Alina. Bagaimana tidak? Suami yang sangat dicintainya tetap saja angkuh, tidak menyentuhnya selama tujuh bulan usia pernikahan. Namun Ning Alina bukanlah wanita biasa.
Ia menghadapi sikap dingin suaminya dengan hati legowo dan dengan sikap sederhananya. Berdoa dan menderas hafalan Qurannya ialah senjata paling ampuh yang dimiliki Ning Alina.
Bagaimana kelanjutan ceritanya?
Baca juga: Pembuktian Sains Dalam Sunnah
Baca juga: Pembuktian Sains Dalam Sunnah
Apakah Gus Birru akan luluh di pelukan Ning Alina atau masih dengan keputusannya menolak perjodohan?
Apalagi setelah munculnya Rengganis dan Kang Dharma yang semakin bikin greget pembaca.
Langsung saja beli novelnya pada agen resmi di daerah terdekat Anda. Ups... sekalian promosi...
Dari cover yang dipakai, sekilas hati kita akan klebat-klebit ingin membaca. Pokoknya seru dah. Dengan membaca novel ini perasaan kita bisa naik turun, kayak pas main roller coaster.
Saat ada cerita bahagia, tiba-tiba muncul tuh cerita sedih lagi (sedikit bocoran).
Novel ini dikemas menggunakan untaian kata yang memikat. Dalam artian tidak bikin bosan pembaca. Sehingga menjadikannya buku populer yang terjual dari 50 ribu lebih eksemplar -kalo nggak salah gitu-.
Istilah pewayangan juga disinggung dalam cerita novel ini. Hal tersebut tentu saja menjadikan novel ini memiliki daya tarik tersendiri bagi pembacanya.
Kisah-kisah zaman terdahulu pun ikut dikaitkan di buku ini. Seperti halnya saat seseorang mengalami permasalahan, maka di paragraf selanjutnya akan terdapat kisah tokoh wayang yang dapat diambil hikmahnya.
Hal ini tentunya akan menjadi ciri khas tersendiri bagi penulis. Sekaligus membuka cakrawala tentang dunia pewayangan, terutama bagi orang seperti saya yang awam akan dunia wayang. Mengingat semakin jarangnya pertunjukan wayang di daerah sekitarku.
Bahasa santai dan luwes juga menambah kesan tersendiri pada novel ini. Apalagi ditambah percakapan antar tokoh yang dikemas menggunakan Bahasa Jawa. Uh, senangnya. Kebetulan aku juga asli orang Jawa.
Baca juga: JPN Khilma Anis
Baca juga: JPN Khilma Anis
Namun berbeda dengan sebagian orang yang tidak memahami Bahasa Jawa. Mereka bilang bahwa kebingungan saat membaca novel ini. Dikarenakan arti dari Bahasa Jawa tersebut terdapat di bagian belakang (glosarium). Dan aku pun baru sadar kalau ada glosarium di bagian belakang setelah tuntas membaca keseluruhan cerita.
Melalui buku ini kita bisa mengambil pelajaran dari kesabaran Ning Alina Suhita, keikhlasan Rengganis, kepatuhan Gus Birru kepada ummiknya, serta kesetiaan pengabdian dari Kang Dharma untuk pesantren.
Begitu pun kesibukan di pesantren, makam para wali Allah, akhlak sebagai santri, dan masih banyak hal lagi yang mampu menginspirasi dan menambah pengetahuan kita.
Karena novel Hati Suhita kini sudah ada di perpustakaan madrasah dan sudah ada yang antre meminjam, jadi sudah terjamin bagusnya jalan cerita.
Sayangnya di akhir cerita penulis terlalu vulgar menjelaskan kegiatan tokoh di rumah mbah kung dari Alina Suhita. Ok, itu saja menurutku yang kurang. Alasannya ialah umur kami yang terbilang masih di bawah umur. He...
Apabila ada kata-kataku di atas yang salah, mohon dimaafkan dan sudilah kiranya pembaca yang budiman untuk memberikan secercah kritik serta saran di kolom komentar di bawah ini.
Semoga bermanfaat..
0 Comments
Jangan melakukan spam, tak ada link dan bicara kotor.
Berkomentarlah dengan cerdas