Hai Guys, hadir lagi nih karya puisiku. Ini lanjutan dari kumpulan puisi yang aku posting beberapa bulan yang lalu ya.
Maaf lama banget soalnya penulis lagi rada sibuk. He... Jangan lupa kasih komentar terbaik kalian ya.
Puisi satu sampai enam ada di postinganku yang sebelumnya. Coba dicari aja sendiri ya. Soalnya Mimin belum tahu cara nambahin linknya. Kalau kalian da yang tahu caranya, bisalah ajari Mimin.
Ini aku tulis sampai puisi ke-20 dulu. Untuk kelanjutannya tunggu aja ya.
Puisi 07
Patung Pahlawan
Di trotoar jalan tempat hidupmu
Kupandangi semesta yang acuh tak acuh akan hadirmu
Mereka berpura-pura amnesia
Pada jasa-jasamu nan tiada tara
Untuk sebuah kemerdekaan
Ah, jangan terlalu fanatik pada mereka
Biarkan saja
Karena banyak orang yang tidak tahu arti keikhlasan
Abaikan,
Dirimu punya raga, namun tiada nyawa
Pati, 03 April 2019
Puisi 08
Januari
Telah mengajariku sebuah arti
Bahwa cinta tak harus memiliki
Bahwa cinta tak sesakit ini
Ketika engkau tak lagi di hati
Gerangan apa aku lahir?
Bila setiap detik dipenuhi isak tangis
Hanya karena dirimu, Kekasih
Haruskah diri ini mengemis?
Meminta status sebagai pujaan hati
Bila mana jikalau tanpamu aku mati
Apakah ini akhir dari Januari?
Bulan di mana cinta ini lahir dan berakhir
Menyisakan sesak kian pedih
Puisi 09
Tema: Dusta
Berharap
Kau bilang suka
Kau bilang cinta
Kau bilang sayang
Ah, semua itu hanyalah kata serapah
Sering kali berucap
Namun tak sepadan dengan kenyataan
Kau hibahkan harapan
Pada gelora hati yang tak kunjung padam
Aku menunggumu di sini
Kau bilang akan kembali
Seolah ada kepastian
Hadirnya sebuah pernikahan
Kini janji-janji manismu telah kuabaikan
Aku sadar tentang kekurangan
Bahwa berharap kepada selain-Nya
Adalah hal sia-sia
Pati, 27 Januari 2019
Puisi 10
Mampukah?
Kala rindu tak mampu ku bendung
Hati ini berdzikir ingin bertemu
Kusebut namamu di sepertiga malamku
Berharap pertemuan itu ada
Sekuat baja diri ini menahan
Pada rindu bak air hujan
Mengguyur hati nan sendu
Dapatkah ku pendam rasa ini?
Jikalau engkau tak lagi di sini
Karna semua yang terjadi
Menjadi kehendak Ilahi
Cerita apalagi ini?
Musim silih berganti, namun tetap di kau yang mengisi
Pati, 13 Januari 2019
Puisi 11
Kucari Mimpi
Aku masih di sini
Berdiri tegak memperjuangkan asa
Menanti datangnya mentari
Tuk memulai hari agar kuraih mimpi
Biarkan aku di sini
Meneguk pengalaman berarti
Bahwa impian tak selamanya berarti bagi mereka
Mengapa?
Karna ditangannyalah seolah penentu takdir
Aku masih di sini
Kala hasil menghianati mimpi
Dan kini, biarkan aku mencari impian emas tuk diri sendiri
Maupun mereka yang tak peduli
Pati, 08 Juli 2019
Puisi 12
Pilihan Hati
Kamu rutin hadir di mimpiku
Pesonamu tak pernah sedikit pun pudar
Namamu mashur dalam hatiku
Satu untukmu
Apakah aku jodohmu?
Bila itu benar, kemarilah
Temui abi ummiku
Bila itu tidak,
Kumohon tepislah rasa ini
Biarkan diri mandiri
Memilih kekasih hati
Dialah, abdi dalemku
Pati, 13 Juli 2019
Puisi 13
Kenyataannya
Teruntukmu, duhai kiaiku
Engkau telah mengajarkan banyak hal
Di pondokmu sarangnya ilmu
Tempatku bertabaruk
Alangkah indahnya hidup ini
Jikalau aku masih berdiam diri
Pada pondokmu nan asri
Namun apa dayaku saat ini
Hanya bergelut dalam kata ‘rindu’
Pati, 12 Februari 2019
Puisi 14
Permintaan Maaf
Ketika matahari menampakkan gelagatnya pada semesta
Kau datang dari arah yang tak kuduga
Ketika nakoda enggan menepi
Kau setia menemani
Ketika air laut surut
Kau pun ikut larut
Dalam belaian angin senja
Menghuni seisi diri
Dalam pikiran, hati atau entahlah itu
Iya, kau buku bacaan favoritku
Walau wajah mulusmu telah berakhir
Namun tetap mengepakkan lembaran nan berarti
Maafkan aku
Yang sering merobekmu, bukuku
Pati, 19 Juli 2019
Puisi 15
Kata Dusta
Inilah aku
Hamba nan suka merayu
Tepat di sepertiga malamku
Berharap semuanya terkabul
Diiring sikap senantiasa mematuhi titah-Mu
Tak banyak berkata
Langsung bergerak nyata
Namun itu semua sebatas kata-kata dusta
Dariku,
Hamba bersimpuh dosa
Bangku kelas, 15 April 2019
Puisi 16
Nasib Jomblo
Mungkin ini takdirnya
Diriku dan dirimu tak lagi bersama
Meniti canda tawa
Hingga lupa usia
Dukaku kau jadikan nestapa
Tak butuh waktu lama
Diriku dan dirimu memilih jalan yang berbeda
Kau bersamanya
Dan aku masih menjomblo
Ngenes, nyesek
Pasti kualami saat ini
Bangku kelas, 15 April 2019
Puisi 17
Merindu
Kupanjatkan doa kepadamu
Duhai kiaiku
Surotul Fatihah tak pernah lupa sehabis shalat
Untukmu, duhai kiaiku
Kumengharap barokah ilmu
Memohon ridhomu
Untukku, insan yang mengaku santrimu
Pondok nan suci
Disertai sorogan, lalaran, dan hafalan setiap hari
Kumasih ingat semua itu
Hari demi hari berlalu
Hati ini tetap merindu
Lirih berbisik di relung kalbu
Puisi 18
Keagungan Nyata Di Mata
Kala mentari telah hadir
Ditemani sinarnya yang memecah keheningan malam
Kuperlihatkan mata pada dunia
Sesekali menoleh kanan kiri
Menyaksikan tanda-tanda keagungan Ilahi
Terpampang nyata di pelupuk mata
Berwarna putih kekuningan
Bulat tidak rata bentuknya
Penuh benjolan nan terjal
Itulah belek di mataku
Bangku Kelas, 15 April 2019
Puisi 19
Bunyi Dari Seberang Jalan
Bunyi mengerutak dari seberang jalan
Aku sedang duduk di pelataran rumah
Menikmati suasana nan hening, sunyi, tanpa kehadiranmu
Tanpa sedikit pun kebisingan mesin
Hanya ada aku dan dua malaikat di sisiku
Hati bertanya-tanya arti suara dari seberang jalan
Semakin keras
Semakin terasa mencengangkan
Nyaliku menciut
Langkah kaki tertuju pada pintu rumah
Sontak saja
Pundak kiriku bersuara
Tepukan itu berasal dari makhluk seberang jalan
Berupa teman sebaya yang mengajakku belajar bersama
Bangku Kelas, 15 April 2019
Puisi 20
Tentang Guru
Beliaulah guruku
Tak gentar kala diancam
Selalu mengajarkan arti kepatuhan
Mengingatkan akan kemaksiatan
Sumberku menggali ilmu
Sembari menyita waktunya seharian penuh
Beliaulah guruku
Anti mengeluh dalam detik waktu
Bangku Kelas, 15 April 2019
Sekian 20 puisi dari Mimin. Sekali lagi Mimin sangat mengharapkan kritik dan saran dari kalian, pembaca yang budiman.
Semoga bermanfaat
Salam Literasi
Maaf lama banget soalnya penulis lagi rada sibuk. He... Jangan lupa kasih komentar terbaik kalian ya.
Puisi satu sampai enam ada di postinganku yang sebelumnya. Coba dicari aja sendiri ya. Soalnya Mimin belum tahu cara nambahin linknya. Kalau kalian da yang tahu caranya, bisalah ajari Mimin.
Ini aku tulis sampai puisi ke-20 dulu. Untuk kelanjutannya tunggu aja ya.
Puisi 07
Patung Pahlawan
Di trotoar jalan tempat hidupmu
Kupandangi semesta yang acuh tak acuh akan hadirmu
Mereka berpura-pura amnesia
Pada jasa-jasamu nan tiada tara
Untuk sebuah kemerdekaan
Ah, jangan terlalu fanatik pada mereka
Biarkan saja
Karena banyak orang yang tidak tahu arti keikhlasan
Abaikan,
Dirimu punya raga, namun tiada nyawa
Pati, 03 April 2019
Puisi 08
Januari
Telah mengajariku sebuah arti
Bahwa cinta tak harus memiliki
Bahwa cinta tak sesakit ini
Ketika engkau tak lagi di hati
Gerangan apa aku lahir?
Bila setiap detik dipenuhi isak tangis
Hanya karena dirimu, Kekasih
Haruskah diri ini mengemis?
Meminta status sebagai pujaan hati
Bila mana jikalau tanpamu aku mati
Apakah ini akhir dari Januari?
Bulan di mana cinta ini lahir dan berakhir
Menyisakan sesak kian pedih
Puisi 09
Tema: Dusta
Berharap
Kau bilang suka
Kau bilang cinta
Kau bilang sayang
Ah, semua itu hanyalah kata serapah
Sering kali berucap
Namun tak sepadan dengan kenyataan
Kau hibahkan harapan
Pada gelora hati yang tak kunjung padam
Aku menunggumu di sini
Kau bilang akan kembali
Seolah ada kepastian
Hadirnya sebuah pernikahan
Kini janji-janji manismu telah kuabaikan
Aku sadar tentang kekurangan
Bahwa berharap kepada selain-Nya
Adalah hal sia-sia
Pati, 27 Januari 2019
Puisi 10
Mampukah?
Kala rindu tak mampu ku bendung
Hati ini berdzikir ingin bertemu
Kusebut namamu di sepertiga malamku
Berharap pertemuan itu ada
Sekuat baja diri ini menahan
Pada rindu bak air hujan
Mengguyur hati nan sendu
Dapatkah ku pendam rasa ini?
Jikalau engkau tak lagi di sini
Karna semua yang terjadi
Menjadi kehendak Ilahi
Cerita apalagi ini?
Musim silih berganti, namun tetap di kau yang mengisi
Pati, 13 Januari 2019
Puisi 11
Kucari Mimpi
Aku masih di sini
Berdiri tegak memperjuangkan asa
Menanti datangnya mentari
Tuk memulai hari agar kuraih mimpi
Biarkan aku di sini
Meneguk pengalaman berarti
Bahwa impian tak selamanya berarti bagi mereka
Mengapa?
Karna ditangannyalah seolah penentu takdir
Aku masih di sini
Kala hasil menghianati mimpi
Dan kini, biarkan aku mencari impian emas tuk diri sendiri
Maupun mereka yang tak peduli
Pati, 08 Juli 2019
Puisi 12
Pilihan Hati
Kamu rutin hadir di mimpiku
Pesonamu tak pernah sedikit pun pudar
Namamu mashur dalam hatiku
Satu untukmu
Apakah aku jodohmu?
Bila itu benar, kemarilah
Temui abi ummiku
Bila itu tidak,
Kumohon tepislah rasa ini
Biarkan diri mandiri
Memilih kekasih hati
Dialah, abdi dalemku
Pati, 13 Juli 2019
Puisi 13
Kenyataannya
Teruntukmu, duhai kiaiku
Engkau telah mengajarkan banyak hal
Di pondokmu sarangnya ilmu
Tempatku bertabaruk
Alangkah indahnya hidup ini
Jikalau aku masih berdiam diri
Pada pondokmu nan asri
Namun apa dayaku saat ini
Hanya bergelut dalam kata ‘rindu’
Pati, 12 Februari 2019
Puisi 14
Permintaan Maaf
Ketika matahari menampakkan gelagatnya pada semesta
Kau datang dari arah yang tak kuduga
Ketika nakoda enggan menepi
Kau setia menemani
Ketika air laut surut
Kau pun ikut larut
Dalam belaian angin senja
Menghuni seisi diri
Dalam pikiran, hati atau entahlah itu
Iya, kau buku bacaan favoritku
Walau wajah mulusmu telah berakhir
Namun tetap mengepakkan lembaran nan berarti
Maafkan aku
Yang sering merobekmu, bukuku
Pati, 19 Juli 2019
Puisi 15
Kata Dusta
Inilah aku
Hamba nan suka merayu
Tepat di sepertiga malamku
Berharap semuanya terkabul
Diiring sikap senantiasa mematuhi titah-Mu
Tak banyak berkata
Langsung bergerak nyata
Namun itu semua sebatas kata-kata dusta
Dariku,
Hamba bersimpuh dosa
Bangku kelas, 15 April 2019
Puisi 16
Nasib Jomblo
Mungkin ini takdirnya
Diriku dan dirimu tak lagi bersama
Meniti canda tawa
Hingga lupa usia
Dukaku kau jadikan nestapa
Tak butuh waktu lama
Diriku dan dirimu memilih jalan yang berbeda
Kau bersamanya
Dan aku masih menjomblo
Ngenes, nyesek
Pasti kualami saat ini
Bangku kelas, 15 April 2019
Puisi 17
Merindu
Kupanjatkan doa kepadamu
Duhai kiaiku
Surotul Fatihah tak pernah lupa sehabis shalat
Untukmu, duhai kiaiku
Kumengharap barokah ilmu
Memohon ridhomu
Untukku, insan yang mengaku santrimu
Pondok nan suci
Disertai sorogan, lalaran, dan hafalan setiap hari
Kumasih ingat semua itu
Hari demi hari berlalu
Hati ini tetap merindu
Lirih berbisik di relung kalbu
Puisi 18
Keagungan Nyata Di Mata
Kala mentari telah hadir
Ditemani sinarnya yang memecah keheningan malam
Kuperlihatkan mata pada dunia
Sesekali menoleh kanan kiri
Menyaksikan tanda-tanda keagungan Ilahi
Terpampang nyata di pelupuk mata
Berwarna putih kekuningan
Bulat tidak rata bentuknya
Penuh benjolan nan terjal
Itulah belek di mataku
Bangku Kelas, 15 April 2019
Puisi 19
Bunyi Dari Seberang Jalan
Bunyi mengerutak dari seberang jalan
Aku sedang duduk di pelataran rumah
Menikmati suasana nan hening, sunyi, tanpa kehadiranmu
Tanpa sedikit pun kebisingan mesin
Hanya ada aku dan dua malaikat di sisiku
Hati bertanya-tanya arti suara dari seberang jalan
Semakin keras
Semakin terasa mencengangkan
Nyaliku menciut
Langkah kaki tertuju pada pintu rumah
Sontak saja
Pundak kiriku bersuara
Tepukan itu berasal dari makhluk seberang jalan
Berupa teman sebaya yang mengajakku belajar bersama
Bangku Kelas, 15 April 2019
Puisi 20
Tentang Guru
Beliaulah guruku
Tak gentar kala diancam
Selalu mengajarkan arti kepatuhan
Mengingatkan akan kemaksiatan
Sumberku menggali ilmu
Sembari menyita waktunya seharian penuh
Beliaulah guruku
Anti mengeluh dalam detik waktu
Bangku Kelas, 15 April 2019
Sekian 20 puisi dari Mimin. Sekali lagi Mimin sangat mengharapkan kritik dan saran dari kalian, pembaca yang budiman.
Semoga bermanfaat
Salam Literasi
0 Comments
Jangan melakukan spam, tak ada link dan bicara kotor.
Berkomentarlah dengan cerdas