Gestapu 65 Dalam Analisa Salim Haji Said

Resensi buku gestapu 65: pki, aidit, sukarno, dan soeharto. Karya salim haji said


Identitas Buku

Judul buku: Gestapu 65: PKI, Aidit, Sukarno, dan Soeharto

Penulis: Salim Haji Said

Penerbit: Penerbit Mizan

ISBN: 978-602-441-086-5

Cetakan: kedua (edisi diperkaya) September 2018


Kisah kelam di tahun 1965 tidaklah mudah untuk dilupakan. Karena bagian dari sejarah dan sampai sekarang masih menjadi pertanyaan publik. Siapa dalang sebenarnya di balik aksi kejam pembantaian para jenderal itu?

Peristiwa yang terjadi pada 30 September sampai 1 Oktober 1965 atau yang dikenal dengan istilah G 30 S / PKI memang menarik untuk dibahas. Bahkan peristiwa tersebut sampai dijadikan bahan debat di kelasku, kelas 12 MA (Madrasah Aliyah,  setingkat SMA) waktu itu.

Sayangnya waktu itu saya belum -lebih tepatnya tidak- mendapatkan sumber bacaan, kecuali secuil materi dari LKS (Lembar Kerja Siswa). Jadi pemahaman saya tentang peristiwa Gestapu 65 terbatas pada materi di LKS yang sangat sedikit.

Setelah lulus MA saya masih penasaran dan ingin mengulik lebih jauh tentang Gestapu 65.

Buku Salim Haji Said dengan judul yang sama, Gestapu 65: PKI, Aidit, Sukarno, dan Soeharto, pernah terbit sebelumnya di tahun 2015. Kemudian dicetak kembali pada tahun 2018 dengan edisi diperkaya.

Dari buku ini saya mendapat pengetahuan mengenai sebelum, saat, dan setelah terjadinya peristiwa berdarah Gestapu 1965. Juga hubungan antar tokoh-tokoh tersohor kala itu.

Yang tak kalah menariknya ternyata Salim Haji Said sebagai penulis menyaksikan langsung huru hara Gestapu. Berkat profesinya sebagai wartawan ia berhasil mengorek informasi dari beberapa tokoh besar berpengaruh.

Pada bab awal penulis menjelaskan kronologi peristiwa yang membawa pembaca pada ketegangan-ketegangan Gestapu 65.

Sebelum gerakan Gestapu dilaksanakan terdapat rencana dari sejumlah kelompok. Terutama PKI (Partai Komunis Indonesia) yang saat itu dipimpin oleh D.N Aidit. Tetapi pada kenyataannya tidak sesuai harapan. Bagaimana bisa penculikan terhadap para pimpinan angkatan darat berubah menjadi pembantaian?

Pada tingkat ini pertanyaan yang maha penting ialah bagaimana pendaulatan yang digagasi Sukarno dan "didukung" Biro Khusus PKI itu kemudian berubah menjadi "pesta" pembantaian para jenderal? (Bab Daulat, Bukan Pembantaian).

Pasalnya hari-hari menjelang Gestapu sempat ada perbedaan pendapat antara Sukarno dan beberapa jenderal angkatan darat. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh beragamnya paham yang dianut. Seperti nasakom, komunis, sukarnois, juga golongan kanan dan kiri.

Tidak dapat dipungkiri bahwa peran orang asing dari negara lain mempunyai pengaruh pada Gestapu 65. Pernyataan itu kebetulan sesuai dengan materi di LKS saya, tentang tokoh penggagas Gestapu.


Baca juga: Resensi buku Api Sejarah


Soeharto yang saat itu kecewa atas terpilihnya Ahmad Yani sebagai panglima angkatan darat hanya bisa menerima dengan pasrah. Padahal ia merasa lebih pantas dan lebih berpengalaman ketimbang Ahmad Yani. Sikapnya tersebut semakin memperburuk hubungannya dengan Panglima Besar Revolusi; Soekarno, dan Nasution.

Hubungan makin parah juga ditengarai oleh pengangkatan panglima angkatan udara, Omar Dani, oleh Presiden Sukarno. Akibatnya kedongkolan para perwira tinggi angkatan darat pun tersulut.

Menurut mereka Omar Dani tak ubahnya anak kemarin sore. Karena belum mempunyai pengalaman sama sekali. Sedangkan Soeharto yang lebih senior justru ditunjuk sebagai wakilnya.

Perlu diketahui bahwa faktor utama pemicu terjadinya ketidakharmonisan antara angkatan darat dengan angkatan udara kala itu ialah perbedaan pendapat.

Buku Gestapu 65: PKI, Aidit, Sukarno, dan Soeharto ditulis Salim Haji Said secara rinci, jelas, dan tidak menimbulkan kebingungan. Dalam penulisannya penulis menggunakan alur maju mundur yang menarik ulur pikiran pembaca.

Melalui buku ini pula saya dapat melihat gambar-gambar tokoh berpengaruh juga pahlawan yang tidak saya temukan fotonya di LKS. Contohnya gambar D.N Aidit, Brigjen Kolonel Pranoto Reksosamodra, Sarwo Edhie, Letjen KKO Hartono, serta masoh banyak lagi.

Keunggulan buku ini dibanding buku lainnya ialah penulisnya hidup pada masa Gestapu 65 dan melihat rentetan peristiwanya. Selain itu orang seperti Salim Haji Said merupakan tokoh hebat dengan segala pengetahuan yang dimilikinya.

Saya sendiri merekomendasikan buku ini sebagai bacaan wajib bagi kamu yang ingin tahu lebih dalam lagi tentang peristiwa Gestapu 1965. Juga bagi kamu, siapa pun dan dari kalangan apa pun.

Selamat membaca, selamat mengulik sejarah.

JASMERAH, Jangan Lupakan Sejarah.


Peresensi: @lathifah_saadah

Penikmat Literasi yang nggak suka basa basi.

Post a Comment

1 Comments

  1. Selain sebagai wartawan, Salim Sait adalh Ketua Biro Penerangan KAMI Pusat, yg mengorganisasikan segenap potensi organisasi mahasiswa, baik organisadi intern (Dewan / Senat Mahasiswa) maupun extern (HMI, GMKI, PMII, PMKRI, Mapancas, dll).
    Sekarang merupakan guru besar Univ.Pertahanan.

    ReplyDelete

Jangan melakukan spam, tak ada link dan bicara kotor.
Berkomentarlah dengan cerdas