Anak Semua Bangsa
Novel ini merupakan novel kedua dari serial tetralogi buru karya Pramoedya Ananta Toer. Penerbitnya masih sama, yaitu Lentera Dipantara. Dengan jumlah halaman sekitar 539 halaman dan terdiri dari 18 bab. Dipublikasikan oleh sang empunya pada tahun 1973, secara lisan, dan secara tulisan pada tahun 1975.
Pada awal penerbitannya novel ini sempat dilarang beredar oleh pemerintah yang didasarkan oleh alasan tertentu. Namun kondisi tersebut tidak berlangsung lama. Hingga kini buku Pram yang berjudul Anak Semua Bangsa dapat kita nikmati di toko-toko buku, perpustakaan, atau tempat-tempat lainnya.
Seperti buku pada gambar di atas yang saya temukan di perpustakaan madrasah. Awalnya butuh banyak waktu untuk membaca buku ini. Dikarenakan padatnya jadwal di madrasah serta derasnya tugas. Tetapi hal itu tidak membuat lupa akan hobi saya, yaitu membaca. Dan akhirnya setelah satu bulan lebih saya baru bisa mengkhatamkan buku ini.
Tokoh utama sekaligus penceritanya adalah Raden Mas Minke. Selain itu terdapat pula tokoh-tokoh yang tak kalah kuatnya. Seperti Nyai Ontosoroh; mertua Minke, Annelis Mellema; istri Minke, Maarten Nijman, Darsam, Maysaroh, Ah Tjong, Robert Surhoof, Surati, Jean Marais, Sastro Kassier, Panji Darman, dan lainnya.
Pada permulaan buku mengisahkan kondisi Minke yang kehilangan istrinya, Annelis Mellema, yang dibawa paksa oleh Belanda. Ia mengirim utusan yang bernama Panji Darman alias Robert Jan Dapperste untuk membuntuti Annelis.
Hal tersebut membuat saya, sebagai pembaca keheranan dan semakin tertarik untuk meneruskan membaca. Berbeda dengan novel-novel sebelumnya. Dalam novel ini menjelaskan kondisi pribumi yang mengenaskan juga perang batin yang dihadapi Minke. Bahkan dalam cerita, Minke sempat terjun langsung dan hidup bersama keluarga Trunodongso, seorang petani di daerah Tulangan karena usulan salah seorang sahabatnya yang ingin agar Minke menulis dalam bahasa Melayu.
“Jangan agungkan Eropa sebagai keseluruhan. Dimana pun ada yang mulia dan jahat. Dimana pun ada malaikat dan iblis. Dimana pun ada iblis bermuka malaikat dan malaikat bermuka iblis. Dan satu yang tetap, Nak, abadi: yang kolonial, dia selalu iblis” -hal 110.
Pasalnya Minke seorang lulusan HBS. Maka tak heran kalau dia men-Tuhan-kan Eropa. Maka setelah terjadi tulisan pertamanya dalam bahasa Melayu Minke dengan bangga menunjukkan karyanya pada sahabat serta mertuanya. Ia menganggap tulisannya sudah sempurna.
Tetapi alangkah terkejutnya Minke mengetahui risiko yang akan menimpa dirinya. Dalam tulisan tersebut menjelaskan sifat bobrok pemerintah yang membohongi rakyat. Sedangkan ayah mertuanya sendiri ialah seorang pegawai pemerintah.
Maka dari itu saat di tengah perjalanan tulisan itu disobeknya. Lalu dibuang keluar. Hal yang harus ia pikirkan selanjutnya adalah janjinya kepada Trunodongso. “Masalah tidak selamanya diatasi dengan amarah” begitu kira-kira katanya kepada Trunodongso.
Hingga pada suatu hari datanglah Trunodongso ke rumahnya dengan luka sabetan di dada. Atas petunjuk Nyai Ontosoroh selaku mertua, Trunodongso diterima dan untuk sementara waktu menginap di rumahnya.
Masalah itu merupakan secuil masalah yang dipaparkan Pram dalam novel Anak Semua Bangsa. Meskipun ada banyak sekali cerita menarik dalam novel ini, namun saya tidak membahas satu per satu (silakan baca bukunya).
Novel ini diakhiri dengan kedatangan pembunuh Annelis ke kediaman Nyai Ontosoroh. Pram menyuguhkan lika-liku penderitaan Minke dan masyarakat Jawa melalui kaca mata Minke.
Perlu kecermatan lebih dalam membaca novel Anak Semua Bangsa. Selain dikarenakan memakai gaya bahasa tempo dulu, juga ceritanya yang banyak, namun tetap terpaut satu sama lain.
Melalui membaca kita bisa lebih maju dari orang lain. Pokoknya semua buku karya Pramoedya Ananta Toer rekomen banget.
Mohon maaf apabila ada kekurangan dalam tulisan ini, dikarenakan lamanya waktu untuk membaca dan minimnya waktu menulis (ealah, sok sibuk... hha).
Kritik dan saran sangat diharapkan.
Semoga bermanfaat.
0 Comments
Jangan melakukan spam, tak ada link dan bicara kotor.
Berkomentarlah dengan cerdas