Assalamu’alaikum...
Apa kabar pembaca yang budiman? Kuharap kalian baik-baik saja. Bagi yang masih dilanda kejombloan, harap sabar ya mblo! Kita sama.
Jadi gini. Kemarin aku kan dapat tugas Prakarya dan Kewirausahaan yang diampu oleh beliau, Kak Saiful Ulya. Tugasnya itu kelompok. Satu kelompok maksimal empat orang -ada cowoknya satu biji.
Berhubung aku tu orangnya ga bisa jauh-jauh dari mereka yang tergabung dalam empat serangkai, jadi kita sedikit merayu guru pembimbing agar dibolehin satu kelompok lima orang. Yah, mau gimana lagi ya. Terlanjur nyaman sama mereka.
Berhubung aku tu orangnya ga bisa jauh-jauh dari mereka yang tergabung dalam empat serangkai, jadi kita sedikit merayu guru pembimbing agar dibolehin satu kelompok lima orang. Yah, mau gimana lagi ya. Terlanjur nyaman sama mereka.
Aku, Yunita, Pak Pram; narasumber, Putri, Syafaah, & Nanda.
Penasaran ga tugasnya apa?. Ok, aku anggap kalian penasaran. Dan akan kumulai cerita ini dengan bahasa dan gayaku seserius mungkin -seperti hubungan kita.
Tugasnya tuh kita disuruh wawancara. Hah? Wawancara?. Dah kayak anak jurnalis aja:v.
Iya, wawancara yang ada hubungannya dengan materi di bab tiga, tentang budidaya unggas -kalau tidak salah sih gitu.
Awalnya itu disuruh menulis kelebihan dan kekurangan protein nabati & hewani memakai bahasa sendiri. Kemudian observasi di desa. Intinya tuh melakukan pengamatan dan wawancara sama seorang peternak yang ada di desa sekitar dan tetangga di sekitarnya.
Kebetulan di desaku, Desa Pelemgede, ada beberapa peternak yang cukup besar. Mulai dari ternak ayam, bebek, entok, dan lain-lain. Kebanyakan sih ternak anak ( #canda ). Inilah sekelumit pembahasan dari ngoceh sehat kami.
Namanya Bapak Pramono dan Ibu Lik, begitu orang memanggilnya. Beliau dan sang istri sudah menggeluti usaha ternak bebek selama 12 tahun ini. Wow, emejing, bukan?.
Beliau mulai merintis usaha telur puyuh. Terus beralih ke bebek entok. Lalu ke telur asin hingga saat ini dan menjadi peternak telur asin satu-satunya yang ada di Kecamatan Pucakwangi, kama qoola beliau.
“Awalnya saya menjadi peternak, Mbak. Berkeliling ke daerah-daerah. Itu pertama kali banget. Pembelinya pun hanya satu. Kemudian saya tanya-tanya teman, menambah pertemanan dan jangkauan. Alhamdulillah usaha ini menggiurkan,” ujar beliau.
Mendengar jawaban beliau, naluri penasaranku meronta. Aku bertanya tentang jatuh bangun usaha beliau. Dan benar. Kesuksesan tak serta merta didapat begitu saja. Beliau pada awal merintis usaha menghadapi banyak rintangan.
Sebelum meluncur ke dunia peternakan, beliau mengais rezeki di negara tetangga, Brunei, begitu katanya. Dan.. dan.. dan.. Bermodal uang satu juta rupiah. Beliau tekadkan niat untuk berusaha. Pendukung utamanya ialah bank. Lalu mengambil bebek dari Blitar dan dipelihara.
Lama kelamaan beliau dan sang istri menekuni profesi sebagai pengepul. Pengepul telur asin. Dua kali dalam seminggu beliau mengirimkan telur asin ke penjual-penjual di berbagai daerah sekitar. Misalnya di Muria, Kudus, Jepara, Semarang, dan lain sebagainya.
Keuntungan kotor yang diperoleh beliau selama satu minggu adalah 4 juta dan keuntungan bersihnya senilai 3 juta. Hebat.
Saat ini, selain bekerja sebagai pengepul, beliau juga menambah bisnis kelontong (pertokoan) yang bertempat di samping rumahnya. Dan sudah mampu membeli mobil lo ya.
Udah. Ceritanya segitu aja ya. Soalnya hasil wawancara tersebut harus kami tulis menggunakan bahasa sendiri. Terus presentasi deh.
Kalau kutulis semua di sini, ntar aku kehabisan kata-kata saat mengerjakan tugas yang sesungguhnya -duh. Doain ya, semoga lancar dan mendapat hasil yang maksimal bil memuaskan.
Intinya yang membuat beliau sukses menggeluti bidang peternakan ialah ISTIQOMAH dan BEKERJA KERAS. Pokoknya pantang menyerah.
Beliau itu lulusan SD, tapi semangat dan cita-citanya dalam bekerja patut kita teladani. Kalau kalian mencari seorang inspirator dalam bidang peternakan, beliaulah orang yang tepat. Pertanyaan demi pertanyaan terus kami lontarkan, tapi beliau dengan senang hati menjelaskan kepada kami. Disertai canda tawa.
Ok. Kelar nih cerita. Pengennya si ngepost kemarin, berhubung akunya lagi sibuk (lebih tepatnya sok sibuk) jadi baru kulanjutkan sekarang. Walaupun disertai mood yang berbeda alias kurang mood menulis.
Oh, iya. Kalau kalian, para pembaca yang budiman, mau membeli telur asin. Silakan datang langsung ke rumah beliau yang ada di Dukuh Pelemgede, Desa Pelemgede, Kecamatan Pucakwangi, Pati. Atau bisa juga meninggalkan jejak di kolom komentar.
Wassalamualaikum...
Da da...
0 Comments
Jangan melakukan spam, tak ada link dan bicara kotor.
Berkomentarlah dengan cerdas