Tawa Pesantren
Buku karya M. Solahudin kali ini merupakan buku yang memuat kumpulan anekdot, wejangan dan kearifan dari santri dan kiai (sesuai yang tertera pada sampul buku. Berjudul kan Tawa Pesantren yang dengan sekali membaca judul buku ini, kita akan tahu isi dari buku.
Terdiri dari -+ 186 halaman buku ini memuat cerita-cerita seputar dunia pesantren dan kisah unik serta menginspirasi dari tokoh-tokoh agama terutama tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama’.
Berdasar latar belakang penulis yang juga seorang santri dari Pondok Pesantren Lirboyo Kediri (1994-2003) semakin menambah kebenaran cerita yang ada dalam buku. Beliau menjelaskan secara singkat kisah-kisah ulama (kiai).
Meliputi kisah Mbah Abdul Karim Lirboyo yang membawakan koper santri barunya, kisah pernikahan Kiai Wahid Hasyim, kisah pernikahan Gus Dur, cerita-cerita lucu di pesantren, serta masih banyak lagi cerita menarik lainnya yang dapat dijadikan pelajaran.
Sehingga pembaca dapat meneladani kisah inspiratif dari kiainya. Selain itu, buku ini bisa menjadi buku dasaran bagi seorang pemula yang ingin mengetahui wejangan, kegiatan pesantren dan hal apa pun di pesantren. Termasuk kejadian unik di pesantren.
Kisah seorang santri yang memanggil kiainya dengan panggilan ‘kang’ untuk meminta satu isapan rokok. Tepatnya ketika di pondok mati lampu. Sang kiai dengan ramahnya menyodorkan rokoknya. Namun apa yang terjadi setelah itu? Ya tinggal baca aja di bukunya. He...
Buku ini enak banget dibaca dalam kondisi apa pun. Misalnya saat dalam kondisi sedih, kita bisa membaca cerita yang berisi petuah-petuah kiai. Beres. Atau kalau tidak yang membaca cerita lucu di pesantren. Nanti diam-diam bibir bergetar sendiri, eits malahan sampai tertawa lebar.
Sedikit kritik tentang penulisan yang kadang-kadang bikin mata perih, bagi yang terbiasa membaca kritis. Kesalahan ini terletak pada halaman pertama, alias ke satu. Seharusnya kata ‘si sini’ ditulis ‘di sini’.
Selain itu, di halaman ke * (maafkan Mimin yang lupa, tapi ini ada gambarnya) seharusnya kata ‘wib’ ditulis menggunakan huruf kapital semua karena itu merupakan singkatan dari Waktu Indonesia Barat (WIB).
Ok. Sampai di sini dulu ya. Pokoknya buku ini enak dibaca. Nyesel kalau nggak baca, apalagi seorang santri. Kita bisa mencontoh kesederhanaan dan kerendah hatian dari kiai terdahulu.
Kalau ada kata yang kurang berkenan, Mimin minta maaf yang sebesar-besarnya. Jangan lupa krisar ya.
Semoga bermanfaat.
1 Comments
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteJangan melakukan spam, tak ada link dan bicara kotor.
Berkomentarlah dengan cerdas