Contoh cerpen lucu

Sumber : Pinterest

Penghujung Senja Akhir Tahun
Oleh : Lathifah S

Hari ini tanggal 31 Desember 2018. Itu artinya hari terakhir di tahun 2018. Seharian listrik mati membuatku kesepian. Bagaimana tidak?. Gak bisa nonton TV dan baterai hp pun mulai menipis belum di carge. Otomatis kan hp jadi mati dan gak bisa dipakai untuk selfie. 

Alamak, rasanya pengen banget beli jajan. Setidaknya bisa mengembalikan mood, karena perut kenyang hati pun senang, begitu yang kudengar dari Ehsan di serial karun Upin Ipin.

Akhirnya aku pergi beli sempolan dan gethuk langganan di Balong, sebuah desa yang lumayan ramai dengan aktivitas jual beli. Pasar tradisional, minimarket, toko-toko kelontong banyak dijumpai di desa ini. Sempolan dan gethuk merupakan makanan tradisional di daerahku. 

Daging dicampur tepung lalu digoreng dan ditemani gethuk yang ditaburi parutan kelapa di atasnya terasa nikmat dimakan saat sore, terlebih untuk mengisi waktu pergantian sore menjadi senja.

 Perlu dipertegas bahwa aku pergi sendirian naik motor. Sekalian ke toko elektronik memastikan kalau ada toko yang belum tutup untuk beli lampu otomatis. Suasana jalanan beda dari biasanya. Banyak muda mudi yang berlalu lalang entah mau ke mana.
"Maklum lah ya, kan mau malam tahun baruan," kataku dalam hati.

¤¤¤

Sesampainya di lokasi penjual sempolan dan gethuk terlihat dua pemuda dan satu bapak-bapak. Aku mematikan mesin kendaraan dan tetap duduk di atas motor, antre karena ada pembeli selain diriku.

Ku pandangi kanan kiri jalan yang mulai di padati warga. Di sana juga terdapat panggung hiburan. Hampir sepuluh menit aku menunggu terasa jenuh. Tak sabar aku pun memesan pesananku ke mbak penjual.

"Mbak, beli sempolannya." Awalnya aku rada bingung karena lupa nama makanannya.

"Iya, mbak."

Setelah aku memesan, ternyata langsung dibungkuskan. Tak butuh waktu lama. Aku kira sempolan yang di goreng tadi pesanannya si ibu sebelumku.

"Ini mbak sudah siap."

"Iya, ini uangnya pas, mbak."

Dalam hati aku bergumam sendiri sembari menahan malu. "Sia-sia aku menunggu sekian lama. Ternyata langsung di siapin. Mbaknya juga sih, gak nanya ke aku," ucapku dalam hati saat menghidupkan mesin motor.

¤¤¤

Teringat bahwa aku juga ingin membeli lampu di toko elektronik yang kebetulan tokonya tak jauh dari tempat jajanku. Aku hanya lewat, memastikan toko tersebut buka. Karena tak tahu lampunya seperti apa, aku langsung pulang.

Tiba di rumah aku yang masih mengendarai motor langsung bilang ke kakakku.

"Tadi toko elektroniknya buka."

"Sebelah mana?" tanya kakakku.

"Dekat mbak penjual sempolan"

"Kenapa gak beli?"

"Nggak tahu lampunya kayak apa." Aku mencoba mempromosikan toko tadi biar kakakku jadi beli lampunya. Sementara aku leyeh-leyeh sembari menikmati jajanku, sempolan dan gethuk.

"Lihat dulu tuh ke atas."

"Kenapa?" Aku heran.

Aku melihat ke atas yang dimaksud oleh kakakku. Kupicingkan mataku sekali lagi untuk memastikan bahwa penglihatanku benar.

Alhasil lampunya sudah menyala sejak aku pergi tadi. Saking asyiknya mempromosikan toko elektronik aku tak sadar jikalau lampu rumah yang berada di atasku sudah hidup.

"Wkwkwkwk..." tawa lepas kakakku.

Dan untuk yang ke dua kalinya aku malu lagi oleh perbuatanku sendiri. Entah apa yang ada dalam pikiranku saat itu. Mungkin karena nggak mood atau kebiasaan tidak fokusku. Yang pasti aku malu.

Sekedar saran buat kalian yang baca tulisanku ini agar lebih fokus lagi. Jangan memikirkan hal-hal yang unfaedah atau tidak penting.

Semoga bermanfaat.

Post a Comment

0 Comments