Sunan Ngerang (Mohammad Ainul Yaqin) merupakan salah satu wali yang ada di Kabupaten Pati, lebih tepatnya berada di Desa Pakuwon, Juwana. Kata ‘Ngerang’ sendiri adalah nama sebuah desa dekat dari makam Sunan Ngerang.
Bila kita berziarah ke makamnya, maka dapat ditemukan pula makam para ulama’ ataupun murid-murid beliau.
Tak jarang bila saya ziarah ke makamnya, saya berjumpa dengan saudara berasal dari luar kota bahkan luar provinsi. Sebagian dari mereka ada yang bermalam selama beberapa hari di makam Sunan Ngerang. Ingin bertawasul atau berdoa kepada Allah melalui perantaraan Sunan Ngerang.
Karena doa seorang wali diyakini akan kemustajabannya. Untuk zairiin yang hendak bermalam harus memberitahu juru kunci makam atau ketua RT setempat.
Alkisah saat ayah saya berbincang dengan salah satu peziarah di sana. Peziarah tersebut menceritakan tentang kehidupannya yang dahulu serba kekurangan dan sering pergi ke orang pintar atau sering disebut dukun.
Ia menderita bertahun-tahun. Lalu ia mencoba untuk kembali ke jalan Allah dengan cara menenangkan diri di makam Sunan Ngerang selama tujuh hari lamanya. Sebelum berangkat ia meluruskan niat lillahi ta’ala, mengharap ridho Allah semata melalui wasilah Sunan Ngerang. Istri serta anaknya pun mengizinkan. Akhirnya ia pergi dengan perbekalan seadanya.
Hari demi hari berada di makam ia gunakan untuk membaca Al Quran, shalat, berdzikir, bertawasul, dan membersihkan kompleks makam. Meminta petunjuk Ilahi. Kebetulan ada warung serta mushalla di dekat makam.
Setelah merasa tenteram hidupnya, akhirnya ia memutuskan kembali ke istri dan anaknya. Sudah kewajibannya sebagai seorang ayah mencari nafkah. Ia berusaha bangkit menuju jalan yang terang. Mencari pekerjaan. Hingga tak lama kemudian ia mendirikan sebuah POM Bensin.
Sampai sekarang Alhamdulillah pekerjaannya lancar. Sesekali ia menyempatkan diri untuk berziarah ke makam Sunan Ngerang. Walau tidak serajin seperti dulu.
Inilah salah satu karomah yang dimiliki seorang waliyullah atau kekasih Allah. Mahabbah atau cinta kepada kyai (ulama/wali) InsyaAllah anak turunnya nanti akan menjadi orang alim.
Namun ingat! Luruskan niat kita.
Sunan Ngerang juga mempunyai keilmuan yang tinggi. Sehingga tak bisa dipungkiri jika muridnya pun banyak yang berdatangan dari berbagai daerah untuk menimba ilmu yang diajarkan oleh Sunan Ngerang. Antara lain yaitu Sunan Muria, Sunan Kudus, Adipati Pathak Warak, Kapa dan adiknya, Gentiri.
Haulnya diperingati setiap tanggal 15 Muharam. Pada acara pengajian haul diadakan prosesi lelang kelambu serta sebelumnya ada beberapa tokoh dari keraton Surakarta yang hadir sebagai tamu istimewa.
Istri Sunan Ngerang bernama Nyai Juminah dan salah satu putrinya yang bernama Dewi Roroyono merupakan istri dari Sunan Muria, salah satu bagian dari Wali Songo di Pulau Jawa. Makam Sunan Muria berada di Gunung Muria. Meskipun di atas gunung makam Sunan Muria tetap ramai dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah.
Berikut gambar silsilah dari Sunan Ngerang dan Nyai Juminah (istri) :
Kisah antara Sunan Ngerang bersama Sunan Muria pun terkenal di masyarakat. Yaitu ketika Dewi Roroyono diculik oleh salah satu murid Sunan Ngerang yang bernama Adipati Pathak Warak. Sunan Muria lah yang berani mencari Dewi Roroyono dari sekian banyak murid.
Alhasil Dewi Roroyono kembali ke pangkuan Sunan Ngerang dan dinikahkan dengan Sunan Muria. Sedangkan Adipati Pathak Warak tewas dalam tragedi perkelahian karena ulahnya sendiri, menculik Dewi Roroyono.
Itulah sedikit cerita yang dapat saya bagikan bagi pembaca yang budiman. Khusus kisah peziarah itu real cerita dari yang bersangkutan, namun namanya tidak ingin disebut.
Dengan hormat saya mohon agar pembaca yang budiman mendoakan saya supaya mendapat barokah dari Sunan Ngerang. Lahul fatihah...
Semoga bermanfaat
0 Comments
Jangan melakukan spam, tak ada link dan bicara kotor.
Berkomentarlah dengan cerdas