Laporan Perjalanan Ziarah Wisata MA. Matholi'ul Huda Pucakwangi

LAPORAN PERJALANAN ZIARAH WISATA
MA MATHOLI’UL HUDA ke JOGJA



Disusun Oleh :
1. Lathifatus Sa’adah
2. Monica Astri Wulandari
Kelas : XI MIA 2
Pengampu : Bu Prasetyawati S.Pd

MA. Matholi’ul Huda Pucakwangi
Tahun Ajaran 2018-2019


PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Ziarah wisata (study tour) merupakan kegiatan belajar di luar madrasah yang dilakukan rutin setiap satu tahun sekali oleh MA Matholi'ul Huda Pucakwangi terkhusus bagi siswa-siswi kelas sebelas. Banyak anak yang antusias sekali dalam mengikuti kegiatan ini. Persiapan pun dilakukan mereka sejak lama, baik pemilihan lokasi wisata, persiapan mental, maupun persiapan perbekalan yang mumpuni.
Awalnya sempat terjadi perdebatan dalam pemilihan destinasi wisata, ada yang mengusulkan tempat A, tempat B, dan lain sebagainya. Namun, atas pertimbangan oleh beberapa hal dan telah dilakukan voting akhirnya terjadilah kesepakatan bersama yaitu memilih Jogja sebagai lokasi wisata tahun ini. Jogja merupakan daerah yang kaya akan keanekaragaman budayanya.
Sebelum itu sebagai anak madrasah, tidak etis jika bepergian tanpa ziarah terlebih dahulu. Maka tiga bus tim rombongan menuju ke makam Sunan Kalijaga, Demak. Setelah itu barulah menuju ke Jogja yang perjalanannya dimulai sekitar pukul 23:30-an. Lokasi yang dituju antara lain Goa Pindul, Sungai Elo, serta Jalan Malioboro.
Diharapkan dengan adanya kegiatan ini para siswa dapat menambah wawasan lingkungan luar, senantiasa bersikap akhlaqul karimah pada setiap tempat di mana pun dan kapan pun, mendekatkan diri kepada Allah dengan berkunjung ke makam wali, menyegarkan otak, dan lain-lain.
Setiap satu bus didampingi oleh beberapa guru guna untuk menjaga siswa-siswi karena dalam satu bus terdiri dari beberapa anak perempuan dan anak laki-laki. Para guru tersebut juga memberi arahan kepada siswa-siswi tentang rute perjalanannya, serta mengobati ketika ada anak yang mabuk perjalanan.

B. Tujuan

Menambah pengetahuan siswa tentang obyek wisata di Jogja
Sebagai sarana untuk memperkenalkan budaya Jogja kepada siswa
Melatih siswa tentang cara belajar di lingkungan luar
Sebagai ajang untuk menghibur diri atau merelakskan otak sebelum mengikuti Penilaian Akhir Semester (PAS)

C. Waktu dan Tempat Kegiatan Ziarah Wisata

Kegiatan ziarah wisata tahun ini dilaksanakan pada :
Hari, tanggal : Jumat, 19 April 2019 – Ahad, 21 April 2019
Lokasi : Makam Sunan Kalijaga, Demak dan Jogja

D. Peserta Ziarah Wisata

Peserta dalam ziarah wisata ini merupakan siswa-siswi kelas sebelas serta beberapa guru pendamping.

E. Pembiayaan

Biaya yang dikeluarkan untuk mengikuti perjalanan ziarah wisata sebesar Rp. 480.000,- dengan fasilitas makan tiga kali.


ISI LAPORAN PERJALANAN ZIARAH WISATA


A. Sebelum

Hari ini masih sama seperti hari kemarin. Matahari pun terbit dari ufuk timur dan terbenam ke barat alias arah sebelah kananku saat ini. Memasuki H-2 ziarah wisata. Anak-anak sibuk membahas persiapan liburan besok yang jatuh pada hari Sabtu, berangkatnya Jumat malam. Tema yang dibahas dari hari ke hari tidak jauh berbeda, yaitu barang bawaan yang ada di dalam tas. Mulai dari peralatan mandi, peralatan shalat, baju basahan ketika di air, make up bagi yang ingin memperelok wajahnya, dan lain sebagainya.
‘Wanita adalah makhluk yang ribet’, mungkin itulah kata yang cocok. Dibandingkan dengan anak laki-laki yang terlihat lebih simple, bisa dibilang rada cuek soal penampilan. Percaya nggak percaya, ya begitulah kenyataannya. Bisa dicek pada tas bawaan masing-masing. Ada yang membawa empat baju ganti sekaligus makanan ringan sampai tas penuh. Yakin, ribetnya minta diampunin.
Pada hari Kamis, 18 April 2019 khusus anak kelas XI disarankan agar memakai seragam batik madrasah. Berbeda dengan anak kelas X yang tetap konsisten pada sarung putih, baju biru ala anak santri. Perbedaannya tentu terlihat mencolok, namun semangat belajar tetap sama. Aba-aba ini disampaikan melalui grub WhatsApp kelas sebelas. Bagi anak-anak yang tidak memiliki WhatsApp akan di beri tahu oleh teman terdekatnya. Tapi masih saja ada beberapa anak yang belum mengetahuinya.
Tepat pada Jumat malam, sebagian siswa sudah berkumpul di madrasah. Sedangkan yang lainnya masih nyantai-nyantai, di rumah seperti tidak ada beban. Hingga saat bus tiba masih ada beberapa anak yang belum datang juga. Hal inilah yang menyebabkan bus berangkat agak malam alias jam karet.



B. Kegembiraan Di Lokasi

Sekitar jam sepuluh malam bus akhirnya transit di Makam Sunan Kalijaga, Demak. Sebelum tahlilan di makam, mereka sholat isya’ berjamaah terlebih dahulu di masjid selama kurang lebih tiga puluh menit. Habis itu langsung ke makam, tahlilan bersama yang dipimpin oleh Bapak Ali Ridho S. Pd. Yang memprihatinkan saat tahlilan ialah ada beberapa anak, bahkan orang dewasa baik itu dari rombongan sendiri maupun dari rombongan lain yang asyik mengobrol, mengutak-atik layar persegi panjang, dan tidak ikut tahlilan.

Sumber:google

Selesai tahlilan bersama para siswa diberi kelonggaran waktu untuk menikmati suasana sekitar. Melihat lalu lalang bus serta para zairin yang datang dari berbagai daerah. Udara malam nan sejuk dan menyejukkan ditemani oleh gemuruh lantunan ayat suci Al Quran yang berasal dari lokasi waliyullah Sunan Kalijaga.
Perasaan sakit yang dialami salah satu siswa yang mabuk darat seakan menjelma menjadi perasaan bahagia. Tak satu pun peserta ziarah wisata yang tidak menikmati proses transit di Demak. Ada yang tawaf mencari makanan ringan untuk mengganjal perut yang mulai keroncongan, ada yang duduk bak putri istana di depan warung makan, dan ada pula yang istiqomah dalam kejombloannya di dekat bus.
Dikasih hati malah minta jantung. Waktu berjalan begitu cepatnya hingga tak sadar semakin larut malam. Bapak sopir memberi aba-aba kepada para siswa agar segera naik ke dalam bus untuk melanjutkan perjalanannya. Dan masih saja terdapat beberapa anak yang ngeluyur bebas. Akhirnya dengan menggunakan pengeras suara salah satu guru pendamping memanggil di dekat jalan raya.
“Ayo yo semuanya rombongan dari MA. Matholi’ul Huda Pucakwangi Pati segera berkumpul di dalam bus karena perjalanan akan dilanjutkan kembali.”
Mendengar aba-aba dari salah satu guru pendamping tersebut terdapat siswa yang bergegas naik ke bus dan ada juga yang masih leyeh-leyeh seperti tanpa merasa sedang ditunggui banyak orang.
Setelah semua dipastikan lengkap, tiba saatnya untuk mesin bus kembali bekerja di bawah komando Pak sopir dan seorang kernet. Jalanan nampak lengang. Lampu-lampu rumah perkotaan menghiasi kanan kiri jalan. Membuat mata tak bosan memandangnya.
Mata ini mulai menampakkan gelagat kantuknya. Akhirnya demi menjaga stamina untuk hari esok aku pun mengambil bantal leher dan selimut. Good Night!
♡♡♡
Bus kembali berhenti. Tepat di lokasi Pantai Indrayanti pada waktu shalat subuh. Para siswa dan guru pembimbing bergegas antre di tempat wudhu. Kemudian shalat subuh berjamaah bersama para pengunjung lainnya. Mushalla berukuran sedang itu penuh dengan jamaah shalat subuh. Beberapa siswa ada yang menunggu kurang lebih seperempat jam.
 Tak terasa hari mulai cerah. Sang surya sembunyi di balik rimbunnya dedaunan. Pantai pasir putih Indrayanti sudah diisi oleh berbagai pekerjaan. Para siswa menikmati sejenak indahnya suasana pantai sebelum akhirnya dipanggil lagi untuk sarapan pagi di pinggir pantai.
Makan pagi bersama dengan lauk ikan pindang, sambal hijau, sayur bening, kerupuk krispi dan ditemani segelas teh panas merupakan kenikmatan tersendiri bagi yang memaknainya sebagai lauk lezat. Lain halnya dengan beberapa siswa yang mengeluh karena lauknya sama dengan yang mereka makan sehari-hari. Rasanya hambar bagai seorang jomblo yang mulai karatan. 
Berbekal sarapan pagi itulah mereka melakukan aktivitas layaknya pengunjung pantai lainnya. Dari berfoto ria, bermain air di bibir pantai hingga menaiki Bukit Karang Gunung Kidul yang letaknya tepat di pinggir Pantai Indrayanti.


Ombak besar silih berganti berkejaran ke sana kemari. Seperti perasaanku saat itu yang tidak tenang. Bagaimana aku bisa tenang? Sedangkan dirimu tidak ada di sisiku. Dan aku hanya bisa melihatmu sekilas tanpa berani tuk menyapa. Kau itu seperti huruf jar dan aku sebagai fiilnya. Hanya bisa melihat, namun tak dapat bersanding. Karena apa? Karena kau belum halal bagiku.

Team Kevlok-kevlok

Ah, sudahlah. Aku ingin menikmati panorama yang disajikan oleh Pantai Indrayanti, serta perjalanan ke Goa Pindul yang penuh lika-liku bak kehidupan. Jalan setapak yang sulit dilalui dua bus pariwisata membuat kami merasa kesulitan saat harus bersimpangan dengan bus pariwisata dari salah satu SMA yang ada di Bandung.
Agenda kegiatan kami lanjutkan di Goa Pindul. Semua barang-barang bawaan ditaruh di sebuah rumah tempat penitipan barang sekaligus tempat untuk kami nantinya makan siang. Satu per satu ban karet dan pelampung kami kenakan. Teriknya sinar matahari tak mampu mengalahkan semangat kami untuk bermain air di Gua Pindul.
Kulit yang semulanya berwarna sawo matang pun berubah menjadi cokelat. Padahal butuh waktu satu bulan untuk merawatnya. Hanya dalam waktu satu hari semua sudah berubah. Seperti dirimu yang dulunya peduli dan sekarang nothing.


Aku merasa bosan di dalam gua yang penuh dengan pengunjung. Kulihat kanan kiri, atas bawah semua terasa semu. Akhirnya rasa kantukku menghampiri. Sesekali aku ngoceh sehat dengan Monica, sekadar menghilangkan jenuh.
Sampai tiba di mulut gua bagian belakang. Merdeka rasanya. Dari kegelapan menuju kecerahan. Kami berjalan menuju tempat parkir sebuah mobil Pajero (panas jobo jero) untuk membawa kaami ke Sungai Elo, katanya.
Pada kenyataannya di perjalanan salah satu guru kami menjelaskan bahwa tujuan kita sebenarnya ialah Sungai Oya yang lokasinya tak jauh dari tempat penitipan barang kami sebelumnya. Sempat ada rasa jengkel dalam hati ini. Namun, berkat keceriaan dari teman-teman di sekelilingku, akhirnya I’m feel happy.
Walaupun arusnya tak sederas rasa cintaku padamu, tapi kurasa ini cukup untuk membahagiakan hati. Yeah, dengan menggunakan ban karet serta pelampung yang masih aku kenakan tadi kuikuti perjalanan air sungai menuju ke suatu titik pemberhentian.
Aku ingin mencoba hal baru dalam hidupku, yaitu berpisah dengan ban karetku. Pertama kali mencoba berhasil. Namun untuk yang kedua kali mencoba aku gagal. Tubuh ini hanyut dalam air. Aku panik. Beruntung ada temanku, Ina dan Monica yang menolongku.
Udah, begitu aja ceritaku di Sungai Elo, eh salah, Sungai Oya. Sekarang saatnya mandi, shalat dan makan siang. Perutku mulai berontak.
Pukul 16:00 kami berangkat ke Malioboro. Kalau sesuai agenda sih sebenarnya bus berangkat jam 14:00. Lagi dan lagi jam karet. Bus sempat turun di salah satu toko oleh-oleh khas Jogja. Di sana terdapat bakpia pathok milik Pak Kodir. Rasanya lezat. Terdiri dari rasa cokelat, keju, dan satu lagi isiannya berwarna hijau. Aku lupa namanya.
Oh iya, satu lagi. Untuk shalat kami mendapat rukhsah berupa shalat jama’.
♡♡♡
Jalanan ramai Yogyakarta membuatku lelah menunggu. Aku tertidur pulas. Terbangun saat ada aba-aba dari Pak Sokip yang memerintahkan kami agar membaca niat untuk nantinya bisa menjama’ shalat. Kulihat kanan kiri jalan, terlihat di bahu jalan muda mudi yang memadu kasih di keramaian malam minggu.
Keramaian itulah yang membuat kami harus merelakan. Merelakan ego yang ingin sekali merasakan indahnya Malioboro. Kami diturunkan ke salah satu pusat pembuatan kaos oblong. Kami masuk dan melihat berbagai macam kaos beserta varian motifnya.


Ada dua pilihan untuk para siswa terutama yang menghuni bus dua. Pilihannya langsung ke rumah makan atau ke toko pusat oleh-oleh terlebih dahulu. Di bagian belakang memilih pilihan yang kedua, mampir ke toko pusat oleh-oleh.
Aku tidak ikut turun. Memilih tidur, berharap bisa bertemu denganmu dan tidak ada seorang pun pengganggu hanya berdasarkan kata cemburu.

C. Perjalanan Pulang

Kuakhiri ziarah wisataku kali ini dengan begadang di dalam bus. Makan kuaci kesukaanku bersama dua orang tepat di belakangku, Monica dan Diana. Teringat sejak siang aku belum online WhatsApp, mode pesawat sengaja kuaktifkan. Setelah kubuka ternyata ada banyak pesan masuk. Ada yang kubaca dan ada pulang yang tidak kubaca.
Sampai di Pati aku menghubungi kakakku agar menjemput. Begitu seterusnya sampai di Jakenan. Kakakku belum juga membalas. Aku bingung. Berkali-kali menelefon, tetapi tidak dijawab. Kemudian aku berpesan kepada salah satu temanku yang rute pulangnya melewati rumahku.
Ok, dia benar-benar menjalankan amanah. Aku tiba di rumah sekitar pukul 03:18.


PENUTUP


A. Simpulan

Berdasarkan pengalaman yang kami dapat dari perjalanan ziarah wisata kali ini dapat diambil kesimpulan bahwa di Jojga memiliki segudang obyek wisata dengan keindahan yang melekat padanya.  Suasana kota yang ramai membuat hati merasa tenang, tenteram, dan ingin berlama-lama di sana.

B. Saran

Atas terjadinya kegagalan pergi ke Malioboro saya menyarankan untuk semua peserta ziarah wisata agar berkumpul di bus tepat waktu. Memanfaatkan waktu sebaik mungkin dan bisa mengeksplor tempat yang dikunjungi.

Post a Comment

1 Comments

Jangan melakukan spam, tak ada link dan bicara kotor.
Berkomentarlah dengan cerdas