Sama seperti tahun lalu, acara haul Pangeran Benowo yang diperingati setiap tanggal 11 Dzulhijjah kali ini (Sabtu, 01 Agustus 2020) tetap dilaksanakan. Meskipun di tengah merebaknya virus covid-19 yang mengharuskan para peziarah untuk mematuhi protokol kesehatan. Seperti menjaga jarak serta memakai pelindung wajah atau masker.
Dalam acara haul tersebut setidaknya ada beberapa kalam mutiara yang disampaikan oleh kiai -yang tidak saya ketahui namanya karena saya beserta rombongan terlambat datang. Antara lain sebagai berikut:
Pertama, beliau menjelaskan bahwa mahabbah (cinta) kepada para wali Allah akan membawa dampak positif. Hati akan menjadi tenang, semua hajat -dengan izin Allah- InsyaAllah terkabulkan melalui wasilah wali, dan kelak di akhirat bisa menjadi sebab diringankannya siksaan.
Sebisa mungkin dalam hidup seseorang agar menyambung silaturahmi dengan para wali Allah melalui ziarah ke makamnya. Tentunya dibarengi dengan berkunjung ke rumah orang tua bila masih hidup ataupun ke makamnya bila telah tiada.
InsyaAllah orang yang sering dan suka bersilaturahmi dengan para wali Allah akan beruntung. Yang sedang tertimpa masalah hatinya tenang* dan seorang kiai meskipun hidupnya sederhana, InsyaAllah tentram. Ada saja jalannya.
Kedua, beliau mengajak jamaah untuk mengucapkan salam kepada Pangeran Benowo (uluk salam):
السلام عليك يا وليالله صاحب الكرمة جءناك زاءىين وعلى مقامك واقفين أودعنا عندك شهادة ان لا اله الا الله وان محمدا رسول الله
Kemudian dijelaskan pula maksud dan artinya -kurang lebih- sebagai bukti persaksian iman (kalimat terakhir). Supaya di akhirat kelak bisa menjadi sebab diringankannya siksaan.
Ketiga, bacaan di atas dilanjut dengan:
سلام الله والرحمة عليكم يا ولي الله
اتيناكم وزرناكم وقفنا يا ولي الله
سعدنا اذلقيناكم فصدنا يا ولي الله
توسلنا بكم لله أجيبوا يا ولي الله
رجونا من مزاياكم لتدعوا يا ولي الله
الى الرحمن مايرام لدينا يا ولي الله
طلبنا وسعة الرزق حلالا يا ولي الله
وحج البيت فى الحرام مرارا يا ولي الله
وحسنا فى اختتامنا كرما يا ولي الله
عسى نرضى عسى تخطى بقرب يا ولي الله
وصلى سلم على محمد يا ولي الله
وحمدا للمهيمن وشكرا يا ولي الله
Yang artinya:
“Wahai Wali Alloh. Salam dan rahmat Allah semoga dilimpahkan kepadamu. Wahai Wali Alloh, Kami sengaja datang untuk menziarahimu, dan sekarang kami berdiri di hadapanmu. Kami merasa beruntung dan bahagia bertemu denganmu. Kami bermaksud menjadikan engkau sebagai perantara untuk menyampaikan permohonan kami pada Alloh, dan kiranya engkau tidak keberatan.
Wahai Wali Alloh, Dengan keistimewaan kedudukan yang engkau miliki, (kedekatan hubungan engkau dengan Allah), maka kami berharap kiranya engkau sudi mendoakan, dan sudi menyampaikan kepada Allah segala permohonan yang kami kehen-daki. Kami memohon kepada Allah semoga kami diberi rizki yang melimpah lagi halal, semoga kami diberi kemudahan untuk segera menunaikan ibadah haji ke Baitul Haram, semoga kami khusnul khotimah dan hidup mulia, Semoga kami memperoleh ridho-Nya, semoga segala hajat kami kepada-Nya lekas tercapai.
Wahai Wali Alloh, Sholawat serta salam semoga dilimpahkan Allah kepada Nabi Muhammad. Segala puji dan syukur hanya pantas kami haturkan semata-mata kepada Allah Yang Mengawasi seluruh makhluk.”
Pemaparan dari beliau sebenarnya lebih rinci dan luas yang disertai guyonan ketimbang arti di atas.
Setelah sesi mauidhoh hasanah dan tahlil bersama selesai, tibalah saatnya acara inti berupa lelang kelambu -kain yang digunakan untuk menyelimuti makam Pangeran Benowo. Harganya pun bervariasi. Mulai dari 100 ribuan hingga jutaan rupiah.
Walaupun peziarah haul tahun ini berkurang dari tahun sebelumnya, namun acara lelang kelambu tetap diminati banyak orang. Terbukti dari antusiasnya peziarah yang membeli.
Berdasarkan ceramah dari kiai hal tersebut -menyimpan kain makam- bertujuan untuk ngalap barokah atau mencari keberkahan semata.
Sekitar pukul 13:00 haul berakhir. Ditandai dengan doa dan pembagian nasi kuning ditambah lauknya. Alhamdulillah semua lancar. Meskipun saya beserta rombongan sempat kelelahan sewaktu naik ke area makam. Semoga membawa berkah untuk semua.
*hal ini pernah saya & ayah saya alami. Waktu itu ketika kami sedang tertimpa masalah. Mau tidak mau ayah saya harus mengikhlaskan salah satu sawahnya dijual untuk menutup hutang -mantan- bude & paman saya yang hutang bank menggunakan sertifikat tanah ayah saya.
Sebagai manusia biasa kami sedih pake banget. Alhamdulillahnya saya dan ayah saya terbiasa berziarah ke makam Sunan Ngerang Pekuwon (tentunya setelah dari makam kakek & nenek). Dengan berziarah itu pula hati kami merasa lebih lega. Setelah mencurahkan isi hati kepada Allah melalui perantara wali-Nya.
NB:
Tulisan ini saya buat untuk menghindari lupa di kemudian hari. Semoga bermanfaat. Bila ada kekeliruan silakan tinggalkan jejak di kolom komentar.
0 Comments
Jangan melakukan spam, tak ada link dan bicara kotor.
Berkomentarlah dengan cerdas