Resensi Novel Hujan, Tere Liye

Cerita Dua Hati Di Era Kecanggihan Teknologi



Resensi Buku
Judul Buku : Hujan
Penulis        : Tere Liye
Penerbit      : PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan      : ke-26, Juli 2017
Tebal           : 320 halaman, 20cm


“Hidup ini memang tentang menunggu. Menunggu kita untuk menyadari kapan kita akan berhenti menunggu.” (hlm.228)

“Barang siapa yang bisa menerima, maka dia akan bisa melupakan, hidup bahagia. Tapi jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah bisa melupakan.” (hlm.318)

Novel ini menceritakan tentang kisah hidup di era teknologi yang semakin canggih. Mengambil latar waktu 2050-an. Tokoh utamanya ialah seorang gadis cantik yatim piatu bermana Lail dengan teman setianya yang kerap disapa Esok.

Lail ingin menghapus ingatannya tentang hujan. Ia dibantu oleh Elijah untuk meletakkan sebuah bando di kepalanya. Sebelum itu, Elijah bertanya tentang kenangan apa yang akan di hapus dari memori ingatannya. Lail pun menceritakan secara gamblang.

Awal kisah bermula ketika Lail dan ibunya naik kereta cepat bawah tanah. Hari itu merupakan hari pertama masuk sekolah setelah libur panjang. Suasana kereta cepat bawah tanah yang mulanya tenang berubah drastis tak kala terdengar suara gemuruh. Berasal dari gunung api purba yang meletus.

Dari peristiwa tersebut Lail harus kehilangan orang-orang yang ia cintai, termasuk ibunya sendiri. Beruntung saat kejadian itu, ia bertemu dengan Esok yang menyelamatkan nyawanya. Hingga mereka harus tinggal di tenda pengungsian bersama para korban yang lainnya.

Esok kembali menyelamatkan nyawa Lail untuk yang kedua kalinya saat menjemputnya di lorong bawah tanah yang saat itu sedang hujan. Tempat ibunya Lail beserta para korban tertimbun tanah. Untuk yang pertama kalinya Lail tidak suka hujan. Karena hujan telah membawa kesedihan.

Ketika suasana kota mulai membaik, tenda pengungsian resmi ditutup. Lail beserta kawan-kawannya akan dipindahkan ke panti. Berbeda dengan Esok. Ia dan ibunya hidup bersama orang kaya. Hingga disekolahkan di kota.

Lail semakin rindu kepada Esok yang tak kunjung ada kabar. Untuk mengatasi kerinduannya itu, Maryam, teman sekamar Lail mengajaknya untuk mendaftarkan diri sebagai anggota relawan. Padahal usianya baru 16 tahun, tapi berkat kehebatan mereka diterima. Bahkan pernah mendapatkan penghargaan sebagai relawan muda yang berjasa besar.

Esok saat menemui Lail selalu mengenakan topi pemberian Lail dan sepeda merah miliknya. Hal itu lah yang selalu ditunggu-tunggu, menyita sebagian waktu Lail untuk memikirkannya. Karena Esok sedang sibuk dengan projectnya membuat kapal raksasa untuk menampung manusia dalam menghadapi iklim ekstrem kelak.

Keegoisan manusialah yang menjadikan hal tersebut terjadi. Saat pemilihan orang-orang yang berhak menempati kapal raksasa, Esok memiliki dua tiket yang bebas ia gunakan untuk siapa pun. Ayah angkat Esok meminta agar tiket itu diberikan kepada Claudia, anak semata wayangnya. Lail bersedih jikalau harus tinggal di bumi tanpa kehadiran Esok. Ia ingin menghapus memori ingatannya.

Detik-detik penghapusan memori ingatan Lail adalah saat yang menegangkan bagi Esok. Ia berusaha menerobos agar bisa masuk ke dalam ruangan tempat Lail menghapus ingatannya. Akhirnya mereka dapat kembali bersama lagi menikmati cuaca ekstrem bumi.

Novel ini sangat cocok dibaca saat santai untuk semua kalangan. Terutama generasi penerus bangsa supaya memiliki tekad bulat dalam menghadapi masa yang akan datang. Bahasanya mudah dipahami dan membuat pembaca semakin penasaran terhadap lanjutan ceritanya. Terkesan tidak membosankan, apalagi buat pembaca pemula.

Selain itu, ada beberapa peristiwa yang belum dijelaskan secara terperinci oleh penulis. Sehingga membuat pembaca kebingungan dalam mendalami alur ceritanya. Sosok Lail sebagai tokoh utama tidak memiliki kelebihan yang kuat. Dalam cerita dijelaskan bahwa Lail mendapat penghargaan atas ajakan dari Maryam. Masalah tentang agama para tokoh juga tidak disebutkan dalam novel ini. Penulis hanya menitikberatkan pada kecanggihan teknologi.

Jika ingin membaca buku fisiknya silakan klik Di Sini


Peresensi : Lathifatus Sa'adah
Alamat      : Rt: 05/II Desa Pelemgede Kec. Pucakwangi, Pati Jawa Tengah
Status       : Siswi di MA Matholi'ul Huda Pucakwangi
Kontak      : lathifahs52892@gmail.com, Telp/WA : 0895361302442/085218256375

Post a Comment

2 Comments

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. Saya telah membaca buku ini, sangat menginspirasi
    http://bulubook.com/review/berhentidikamu/

    ReplyDelete

Jangan melakukan spam, tak ada link dan bicara kotor.
Berkomentarlah dengan cerdas