Banyaknya anak putus sekolah

Maraknya kasus anak yang putus sekolah kian hari makin meningkat. Data UNICEF tahun 2016 memaparkan banyak anak Indonesia sekitar 2,5 juta tidak dapat menerima pendidikan lanjutan 600 ribu anak usia SD dan 1,9 juta anak usia SMP.
Kasus ini telah menjadi perhatian khusus bagi aparatur pemerintah maupun organisasi kemanusiaan lainnya. Mereka mencanangkan berbagai upaya guna mengatasi maraknya kasus anak putus sekolah.
Bagaimana tidak? Anak usia sekolah merupakan aset berharga yang dimiliki bangsa Indonesia. Merekalah yang kelak akan meneruskan cita-cita negara. Pada intinya mereka adalah pemegang kendali di tahun yang akan datang. Kecerdasan otak mereka sangat dipertaruhkan guna kemajuan bangsa ini.
Bilamana kondisi suatu negara baik, namun SDM (Sumber Daya Manusia) minim maka zaman keemasan negara hanyalah angan belaka. Pemerintah sebenarnya telah mengampanyekan slogan wajib sekolah 12 tahun. Tetapi itu hanya sebatas rangkaian kata. Kenyataannya berbanding terbalik dengan kondisi di lapangan.
Mungkin sudah menjadi tradisi ataupun suatu hal yang lumrah. Orang tua pada zaman dahulu putus sekolah dan anaknya pun putus sekolah. Karena si anak cenderung mengikuti pola pikir orang tuanya.
Tradisi tersebut bukanlah tanpa sebab. Biasanya orang tua dengan pendidikan minim (tamatan SD) bekerja sebagai buruh pabrik ataupun sebagai petani. Bisa dibayangkan nominal gaji mereka -para orang tua- yang sedikit dan hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Masih sama dengan kondisi saat ini. Angka pengangguran sedikit banyak dipicu oleh anak putus sekolah. Mereka yang putus sekolah belum mempunyai ilmu yang mumpuni untuk bekerja, sehingga kebanyakan dari mereka luntang-lantung setiap harinya.
Maka dari itu, sudah selayaknya anak putus sekolah mendapat pembinaan khusus dari instansi setempat, terutama dari kalangan masyarakatnya. Bukan malah dianggap sebagai anak nakal (dalam arti negatif). Masyarakat harus berpikiran positif dan tidak memandang remeh anak yang putus sekolah.
Sebaliknya masyarakat di sekitarnya lebih baik mencari faktor X yang memicu anak putus sekolah. Bila si anak masih ingin dan masih bisa dibina alangkah baiknya kita memfasilitasi mereka.
Seperti halnya ketika si anak putus sekolah karena faktor ekonomi. Ini PR penting bagi ketua daerah setempat berkaitan dengan pemerataan dana dari pemerintah. Saat ini pemerintah sudah mencanangkan program khusus bagi pelajar. Salah satunya ialah KIP atau Kartu Indonesia sehat.
Kepala daerah dituntut harus jeli dalam pembagian KIP, yaitu memberikannya pada anak sekolah yang tepat. Dalam artian KIP diberikan kepada anak kurang mampu. Oleh sebab itu, perlu dikaji lebih dalam lagi mengenai warga yang mendapat uang dari pemerintah. Karena kebanyakan saat ini orang kaya pun ikut menerima sumbangan dari pemerintah. 
Selain itu, dilihat dari segi sekolahan memang ada sekolah yang terbilang bagus kualitasnya dan ada yang berada di garis rata-rata. Dan hal tersebut bukanlah faktor utama anak putus sekolah di era sekarang.

Faktor banyaknya anak putus sekolah


Faktor anak putus sekolah antara lain sebagai berikut.
1. Faktor Ekonomi
Ekonomi yang rendah sering memicu anak putus sekolah. Sehingga muncul dorongan untuk mencari uang sendiri sekaligus membantu orang tua.
2. Faktor Lingkungan
Faktor yang dimaksud di sini bisa berasal dari faktor keluarga, faktor pertemanan, dan faktor masyarakat sekitar.
3. Faktor Sekolah
Di daerah-daerah tertentu memang tak sedikit ditemukan lembaga sekolah yang letaknya jauh dari permukiman warga. Bahkan akses menuju sekolah pun memprihatinkan. Hal itu tentunya mendorong anak untuk tidak melanjutkan sekolahnya.
4. Faktor internal
Faktor ini berasal dari dalam. Artinya dari dalam diri seorang anak memang sudah jenuh untuk bersekolah. Meskipun sebenarnya kondisi ekonomi orang tua dari sang anak tergolong mampu. Faktanya ada beberapa anak yang sering mengeluh saat berada di sekolahan. Mungkin karena adanya tugas yang menumpuk, ulangan harian secara berkala, kegiatan di sekolah yang super padat, dan hal lainnya.
Untuk menangani kasus anak yang putus sekolah diperlukan upaya ekstra baik dari pemerintah, lembaga sosial, maupun tetangga terdekat.

Post a Comment

0 Comments