Pentingnya Silaturahmi dan Cara Mengatasinya


Silaturahmi sebagai bentuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa sangat dibutuhkan pada akhir-akhir ini. Terlebih karena perbedaan pilihan dalam pemilu serentak yang diadakan tanggal 22 April 2019 kemarin.

Kata ‘silaturahmi’ sendiri merupakan bahasa Arab yang terdiri dari kata shilah, artinya hubungan dan rahim berarti kerabat atau kasih sayang. Sejauh manakah masyarakat kita dalam merealisasikan kata ‘silaturahmi’ saat ini?

Begitu pentingnya silaturahmi sehingga orang yang memutus tali silaturahmi tidak akan masuk surga. Contoh putusnya tali silaturahmi yaitu apabila ada seseorang yang tak saling sapa (saling bermusuhan) selama tiga hari berturut-turut.

Bila ditelusuri secara lebih terperinci ada beberapa hal yang memicu lunturnya silaturahmi antar sesama tetangga, bahkan sesama anggota keluarga.

Merosotnya perkembangan teknologi komunikasi adalah bentuk nyata pemicu semakin tipisnya silaturahmi. Terbukti ketika ada acara keluarga atau sekadar kumpul bersama teman, tidak bisa dipungkiri pasti ada beberapa teman yang sibuk dengan gadgetnya.

Apakah dia sedang sibuk membalas pesan dari kantor atau pun sedang ada proyek besar yang mengharuskannya berkutik di depan layar hp?

Ini berdampak sangat signifikan dalam pergaulan sehari-hari. Bisa jadi sudah menjadi kebiasaan. Seakan-akan tidak menghargai teman bicaranya dan yang lebih menyakitkan lagi ialah ketika berbicara tapi tidak ditanggapi (dianggur in). Perubahan sikap acuh tak acuh harus diminimalisir sejak dini supaya tali silaturahmi tetap terjaga.

Selanjutnya ialah jarak. Jauhnya jarak memungkinkan seseorang yang awalnya dekat menjadi jauh. Jarang komunikasi serta adanya kehidupan baru mengakibatkan silaturahmi memudar. Meskipun terdapat beragam sarana komunikasi, namun sebagian orang enggan untuk merajut kembali tali silaturahmi.


“Inginku titipkan rindu pada angin yang berhembus sampai ke tempatmu. Agar ada aku di setiap tarikan nafasmu”

Selan itu, perbedaan tingkat ekonomi juga berdampak penting bagi tali silaturahmi. Di mana orang yang mempunyai banyak harta cenderung bersikap ramah kepada orang sederajat dengannya.

Sering kali saudara kandung pun diabaikan karena tingkat ekonominya rendah. Diperlukan kesadaran rasa saling memiliki, satu darah, serta saling membutuhkan sebagai makhluk sosial dalam hal ini.

Maka upaya kecil apa saja yang bisa dilakukan agar dapat mempererat tali silaturahmi?

1. Merubah sikap diri sendiri
Berawal dari diri sendirilah perubahan itu akan terwujud. Mencoba ramah terhadap siapa pun tanpa pandang status sosial. Di daerah Mimin sikap seperti ini Alhamdulillah masih terjaga, walaupun sedikit memudar di kalangan anak muda.

Tak ayal ketika salah satu tetangga tertimpa musibah, yang lain pun ikut merasakan kesedihannya dan ikut membantu meringankan bebannya.

“kerukunan membawa perdamaian, memperkokoh tali silaturahmi tuk diteruskan perjuangannya oleh generasi mendatang”

2. Hindari penggunaan gadget saat berkumpul
Nih, penyakit anak zaman sekarang yang telah menjamur. Gunakanlah waktu sebaik mungkin. Belum tentu hari esok kita bisa berjumpa dengan orang-orang yang ada di sekitar kita. Mengobrol secara langsung dari hati ke hati akan lebih menyenangkan daripada lewat pesan online.

Waktu berkumpul itu mahal harganya. Sebagian dari mereka telah menyisakan waktunya untuk menghadiri pertemuan yang hanya sebagai temu kangen, mungkinkah kalian akan menyia-nyiakannya demi gadget?

3. Gunakan gadget dengan bijak
Jika memang tidak bisa bertatap muka langsung, melalui media komunikasi pasti bisa. Silaturahmi putus gara-gara ulah diri sendiri. Tergantung pribadi masing-masing.

4. Meyakini bahwa silaturahmi bagian dari hidup
Tanpa silaturahmi yang baik tentunya hidup terasa hampa. Berbeda dengan orang yang relasi pertemanannya banyak, mereka tentunya mempunyai sikap bijak dalam bertutur kata.

Tak lama lagi hari raya Idul Fitri, jadikan hari tersebut sebagai ajang untuk memperkuat tali silaturahmi.

Post a Comment

1 Comments

Jangan melakukan spam, tak ada link dan bicara kotor.
Berkomentarlah dengan cerdas