Kisah Nabi Ibrahim ketika mendo'akan umatnya yang melakukan maksiat

Kisah Nabi Ibrahim


Nabi merupakan utusan Allah di muka bumi ini untuk menyampaikan risalah-Nya. Bila dikaji secara terperinci, terdapat banyak Nabi yang diutus Allah. Namun yang wajib kita imani hanya ada 25 Nabi. Salah satunya ialah Nabi Ibrahim. Nabi yang masyhur akan kemustajaban doa dan mempunyai kesabaran level tinggi. Termasuk juga sebagai Nabi dengan gelar Ulul Azmi.

Kisah perjalanan hidup Nabi Ibrahim sangat menarik untuk dipelajari. Tentang seorang anak yang dilahirkan di tengah-tengah keluarga dan masyarakat yang penuh dengan kemusyrikan. Tetapi Nabi Ibrahim terpelihara dari perbuatan syirik tersebut, karena Allah menjaganya dari perbuatan syirik yang dilakukan oleh keluarga dan kaumnya sendiri.

Allah SWT menghendaki supaya Nabi Ibrahim menjadi seorang Nabi dan Rasul kelak di kemudian hari yang akan mengajarkan risalah-Nya kepada masyarakat yang buta dalam hal ketuhanan.

***

Nabi Ibrahim adalah masa yang amat kental untuk menjalankan perintah Allah serta menjauhi larangan-Nya. Terbukti dengan adanya doa Nabi Ibrahim : “Barang siapa yang melakukan maksiat, melanggar perintah Allah. Maka aku doakan agar orang tersebut mati”. Allah pun mengabulkan doa tersebut yang tak lain tak bukan doa dari Nabi Allah dan khalilullah.

Mengetahui hal itu, kaum Nabi Ibrahim merasa takut bila nanti mereka mati karena ulahnya sendiri, melakukan maksiat kepada Allah. Sikap tegas serta kesalehan Nabi Ibrahim dalam memimpin mampu menjadikan kaumnya tunduk dan patuh atas apa yang diperintahkannya, yang bersumber dari Allah Azza Wa Jalla.

Kaum Nabi Ibrahim berusaha semaksimal mungkin untuk tidak berbuat maksiat. Namun apa daya, suatu hari ada salah seorang pemuda laki-laki dari kalangan umatnya yang melakukan maksiat. Pemuda tersebut pada akhirnya meninggal dunia. Hal tersebut menegaskaan bahwa doa dari Nabi Ibrahim dikabulkan oleh Allah.

Mana mungkin seluruh kaum Nabi Ibrahim tidak berbuat maksiat? Seiring berjalannya waktu, banyak orang yang melanggar perintah Allah. Maka semakin banyak pula orang yang meninggal dunia. Peristiwa ini berlangsung terus menerus dalam jangka waktu yang lama.

Maka turunlah wahyu Allah yang berfirman kepada Nabi Ibrahim : “Wahai Ibrahim, doamu itu pasti terkabul. Maka jangan lah engkau mendoakan mereka agar mati karena berbuat maksiat”.

***

Di sisi lain Nabi Ibrahim selama berpuluh-puluh tahun juga belum dikaruniai buah hati oleh Allah. Nabi Ibrahim sangat mendambakan keturunan yang kelak akan meneruskan kiprahnya. Doa dan usaha terus mengalir seiring berputarnya roda kehidupan.

Istri pertamanya  ialah Siti Sarah, yang telah lama dinikahi dan tak kunjung memperoleh keturunan. Nabi Ibrahim kemudian menikahi Siti Hajar, budak atau pembantu mereka yang berkulit hitam.

Berjalan beberapa tahun usia pernikahan, lahirlah seorang anak laki-laki dari rahim Siti Hajar. Nabi Ibrahim sangat bahagia, impiannya terwujud. Anak laki-laki itu diberi nama Ismail, yang kelak akan menjadi nabi. Ismail dirawat dengan penuh kasih sayang. Sehingga mampu mencetak Ismail sebagai anak yang saleh.

Menginjak usia Ismail yang bisa dibilang dewasa dan boleh mencari nafkahnya sendiri, Nabi Ibrahim mimpi bertemu seseorang. Seseorang itu menyuruhnya menyembelih Ismail, anak semata wayangnya. Mimpi itu terjadi pada malam ke delapan bulan Zulhijah.

Nabi Ibrahim masih merenungkan benar tidaknya mimpi. Apakah berasal dari Allah atau malah sebaliknya? Sampai bermimpi hal yang serupa untuk ke dua kalinya. Nabi Ibrahim percaya bahwa itu merupakan perintah dari Allah.

Nabi Ibrahim sempat bersedih. Bagaimana untuk bisa menyembelih anak satu-satunya. Beliau baru merasakan betapa beratnya ditinggal mati oleh orang yang ia sayangi.

Nabi Ibrahim pun merenung atas do’a yang ditujukan kepada umatnya yang berbuat maksiat “Ternyata begini rasanya ditinggal mati anggota keluarga. Sungguh aku beru merasakan dan menyadarinya”.

Berkat ketaatannya, Nabi Ibrahim segera meminta pendapat Ismail. Sungguh di luar dugaan. Ternyata Ismail menerima dengan lapang dada dan berkata : “Hai bapakku. Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (Q.S As Shaffat : 102)

Mereka berdua pun melaksanakan perintah Allah, menyembelih Ismail. Namun, apa yang terjadi? Ketika hendak disembelih, maka Allah ganti dengan kambing kibas yang dahulu telah dikorbankan oleh Habil yang telah diterima darinya.

Islam rahmatan lil alamin. dia membawa kedamaian bagi bumi dan seluruh isinya. dia mengajarkan perdamaian bagi manusia dan makhluk-makhluk lainnya.

Jika orang lain menyakitimu, jangan kau balas dengan menyakitinya. Jika dia mengumpatmu, jangan kau balas dengan mengumpatnya. Islam mengajarkan amar ma'ruf nahi munkar dengan lembut, dengan uswatun hasanah, bukan dengan kekerasan dan balas dendam.

Jika kau melihat orang berbuat maksiat, tegurlah dengan sopan seraya berdoa kepada Allah, "semoga aku dan keluargaku tidak seperti orang tersebut. Semoga Allah memberinya petunjuk serta mengampuni dosa-dosanya.




Referensi
Al Hikam Juz 2 Halaman 2
Al-qur'an surat As-Shaffat ayat 101-110

Post a Comment

0 Comments